TEMPO.CO, Singapura – Partai berkuasa Singapura mengalami hasil pemilu terburuk meskipun masih menang melawan oposisi pada Sabtu, 11 Juli 2020.
Partai Aksi Rakyat atau People’s Action Party mendapatkan 83 dari 93 kursi di parlemen pada pemungutan suara Jumat, 10 Juli 2020.
“Pihak oposisi mendapat jumlah kursi melebihi dugaan yaitu 10 kursi,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 11 Juli 2020.
Pada 2015, PAP juga mendapat 83 kursi namun dengan total jumlah kursi yang lebih sedikit yaitu 89 kursi. Ini artinya oposisi mendapat tambahan empat kursi di parlemen.
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengatakan hasil itu menunjukkan adanya keinginan jelas untuk suara yang lebih beragam.
“Singapura ingin PAP membentuk pemerintahan tapi juga kalangan pemilik suara muda ingin melihat lebih banyak oposisi hadir di parlemen,” kata dia.
PAP mendominasi pentas polisi Singapura sejak kemerdekaan negara itu pada 1965.
Peran partai ini terasa dalam membangun Singapura menjadi negara kota dan salah satu pusat industri keuangan dan perdagangan global.
Analis mengatakan berkurangnya perolehan suara PAP ini, yang mendukung PM Lee, menunjukkan aturan pekerja asing bakal semakin ketat.
“Pengambil kebijakan bakal memiliki ruang gerak lebih ketat terkait pekerja asing dan upaya meningkatkan pendapatan rakyat berpendapatan rendah,” kata Song Seng Wun, seorang pengamat dari CIMB Private Banking, soal dampak dari hasil pemilu.