Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

EKSKLUSIF- Kisah Kelas Menengah Mensiasati Kemiskinan di Jepang

image-gnews
Tunawisma tidur di pinggir jalan di distrik Shinjuku, Tokyo, Jepang, Januari 2020.. [JAPAN TIMES]
Tunawisma tidur di pinggir jalan di distrik Shinjuku, Tokyo, Jepang, Januari 2020.. [JAPAN TIMES]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengalaman Kazuki Kimura, seorang mahasiswa, merupakan kisah khas yang menunjukkan terjadinya penurunan kelas menengah di Jepang akibat angka kemiskinan yang terus meningkat.

Kimura ingat bahwa dia pernah bersemangat mengamati serangga, yaitu larva-larva kupu-kupu di lapangan di satu kampung di Chiba, di samping ibukota. Saat itu, murid SMA itu bercita-cita ingin menjadi peneliti biologi. Akan tetapi dia terpaksa harus membuang cita-citanya.

”Hmm, ini mungkin akan membuat malu keluargaku,” ujar pria berusia 19 tahun itu dengan menunjukkan sedikit keraguan. Kemudian, Kimura bercerita bahwa dia menyadari keluarganya tidak cukup kaya karena kata-kata dan perbuatan ayahnya yang menjadi kasar ketika dia bekerja sebagai tutor.

Gara-gara itu, Kimura mempertimbangkan beberapa hal, termasuk tingginya biaya kuliah untuk belajar sains, tambahan biaya untuk belajar di sekolah pascasarjana di masa depan, dan negara Jepang yang cenderung kurang menghargai pekerjaan sebagai peneliti. Pada saat yang sama, ia ingin memberikan banyak kesempatan untuk adik perempuannya yang usianya tiga tahun lebih muda.

Kimura akhirnya memutuskan untuk kuliah di jurusan sosiologi. Karena keterbatasan uang, ia tidak mampu menyewa rumah sendiri, dan harus menghabiskan dua jam per sekali jalan untuk pergi ke kampus. Menurut perkiraannya, pendapatan tahunan keluarganya sekitar 5 juta yen (Rp 662 juta), lebih dari pendapatan tahunan median, yaitu 4,33 juta yen (Rp 573 juta), tetapi hidup mereka masih susah.

Faktor yang membuatnya harus mengubur cita-citanya adalah, pendapatan keluarga yang turun, ditambah dengan biaya kuliah di universitas yang terus melonjak. Di masa dulu, mahasiswa dapat mengandalkan shiokuri, yaitu uang yang dikirim oleh keluarganya, sedangkan bekerja paruh waktu menjadi kebiasaan umum saat ini.

Berdasarkan survei terbaru dari Penasihat Guru Universitas Swasta Tokyo, biaya hidup yang tersisa untuk mereka, yaitu shiokuri dikurangi biaya sewa rumah, cuma 730 yen (Rp 96.600). ”Generasi kami mengalami resesi sejak kami kecil. Kemakmuran Jepang hanya dijelaskan di dalam buku pelajaran,” kata Kimura.

”Sejak 1980-an, ekonomi Jepang secara keseluruhan telah menurun,” seorang pakar kemiskinan, Aya Abe, profesor di Tokyo Metropolitan University menjelaskan, orang-orang di atas turun, dan orang-orang di bawah ini jatuh.

"Pada saat ini, Anda akan merasakan kesenjangan besar. Jadi, pada tahun 1990-an dan 2000-an, orang mulai merasa sangat sulit. Kehidupan kelas menengah tidaklah mudah. Menghadapi kecemasan yang tidak jelas ini membuat kemiskinan menjadi lebih nyata.”

Kesadaran kesenjangan itu kini telah menjadi semakin jelas. Contohnya, warga kelas atas berarti kelompok yang mendapatkan manfaat dari hak istimewa, seperti politisi dan birokrat. Dipakai luas di Internet, istilah itu terpilih sebagai calon kata kunci tahunan pada tahun 2015 maupun 2019.

Mantan konsultan untuk Kantor Kabinet dan aktivis sosial Makoto Yuasa pernah menyebut masyarakat Jepang sebagai masyarakat tipe perosotan. Dia berpendapat, tiga lapisan jaring pengaman di Jepang yang terdiri dari pekerjaan, jaminan sosial dan subsidi publik, semuanya mulai runtuh, dan lubang perangkap semakin besar.

Dalam kasus yang lebih ekstrim, jaring pengaman terakhir untuk remaja laki-laki adalah penjara. Jumlah remaja yang terlibat dalam kasus penipuan lewat telepon telah meningkat dua kali lipat dari tahun 2012 hingga tahun 2018. Untuk remaja perempuan, jaring pengaman terakhir bahkan ada di distrik lampu merah atau pekerja seks komersial, PSK.

Tanpa sadar, sebagian hidup Mariya Koike (nama samaran) tergelincir ke distrik lampu merah. Ketika dia tiba di sebuah kafe yang berisik di Kabukicho untuk wawancara, dia memakai lipstik di bibirnya, mengenakan sweter yang memperlihatkan dadanya dan rok mini. Dia menghisap delapan batang rokok.

Perempuan yang lahir di Pulau Kyushu ini terus berpikir bahwa dia akan menjalani kehidupan normal sampai dia masuk sekolah menengah. Karena ayahnya adalah seorang profesional bersertifikat, keluarganya dulunya setidaknya termasuk kelas menengah. Akan tetapi, ayahnya berselingkuh dengan wanita-wanita, ibunya mengakhiri hidupnya. Ayahnya kemudian bekerja untuk dirinya sendiri.

Koike kemudian pindah ke Tokyo untuk belajar pedagogi di universitas dengan reputasi baik. Uang sekolah tahun pertamanya mencapai 1,3 juta yen (Rp 172 juta), dan setelah tahun kedua, biayanya menjadi 1 juta yen (Rp 132 juta). Mengikuti saran ayahnya, ia memutuskan untuk menerima jumlah beasiswa sebanyak mungkin, walaupun beasiswa biasanya berarti pinjaman di Jepang.

Dia dulu bekerja sebagai guru kursus tambahan, tetapi dia hanya berpenghasilan 70.000 hingga 80.000 yen sebulan, dan masih sulit untuk menopang hidupnya.

”Kadang-kadang, saya hanya bisa membeli yoghurt,” ujarnya. Dengan demikian, dia harus pergi ke perusahaan real estat terdekat untuk mendapatkan makanan secara gratis. Dia tidak bisa bersulang dengan siswa lain, padahal sebenarnya dia mau.

Awalnya dia ingin masuk ke bidang pendidikan setelah lulus, tetapi ia akhirnya menyadari bahwa bidangnya boleh dianggap sebagai salah satu eksploitasi makna kehidupan. Kosakata populer ini berarti membuat pekerja merasa bermakna terhadap kerjanya sendiri sambil memaksa mereka menerima perlakuan rendah. Contoh yang paling jelas adalah perawatan anak dan perawatan lansia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Koike, 23 tahun, harus membayar 7 juta yen (Rp 926 juta) untuk melunasi beasiswa. Dia akan berusia 43 tahun waktu dia selesai melunasinya. Kedengarannya masuk akal secara ekonomi. Dia telah membuang kebanggaan dan mulai menjual dirinya di sebuah tempat prostitusi di Ikebukuro beberapa tahun yang lalu.

Pekerjaan itu menghasilkan 50 hingga 60 ribu yen sehari. Sekarang, dia bekerja di klub malam di sini agar dapat melunasi utangnya sesegera mungkin. Seperti Koike, lebih dari sepertiga mahasiswa saat ini menggunakan sistem beasiswa berbasis pinjaman.

Selama bertahun-tahun yang lalu, editor Momoko Onishi yang tinggal dekat dari pusat kota Tokyo, menyaksikan bahwa ada dua jalur pendidikan paralel antara keluarga kaya dan miskin.

Suatu hari pada tahun 2012, Onishi, wanita berusia 42 itu, masuk ke bar terdekat. Yang membuatnya marah adalah kisah yang dibagikan oleh pemilik bar itu. Kondisi SD negeri tempat anak perempuannya bersekolah kacau karena anak-anak kaya yang dapat mengikuti les tambahan tidak peduli dengan kurikulum di sana. Namun, pemilik bar itu tidak memiliki uang untuk memasukkan anaknya ke tempat les tambahan. Di Tokyo, sebagai langkah untuk mewujudkan karier masa depan yang cerah, 70% murid SMP pergi ke les tambahan agar mereka dapat masuk ke SMA swasta yang bermutu tinggi.

Kemudian, Onishi, yang pernah mengajar sebagai tutor sebelumnya, membuka salah satu kelas tambahan gratis bernama Yomogi di lingkungannya. Setiap hari Minggu, guru yang bekerja sebagai sukarelawan dengan berbagai latar belakang mengajar murid-murid SMP yang tidak dapat mengikuti les tambahan akibat keterbatasan keuangan.

Menghadapi kesulitan anak-anak, dari sekitar tahun 2012, sektor non-pemerintah Jepang mulai memainkan peran. Jumlah sekolah gratis seperti Yomogi bertambah satu per satu. Tren ini meluas, terbukti dari bertambahnya jumlah kafetaria anak yang menawarkan makanan gratis atau harga murah mencapai 3718 yen sampai tahun 2019.

Kelas Yoyogi membuka pendaftaran untuk 25 murid setiap tahun yang 70% hingga 80% di antaranya berasal dari keluarga ibu tunggal. Mereka biasanya tinggal di pinggiran kota.

”Saat ini, Anda tidak bisa membedakan mana anak yang miskin dan mana anak yang kaya. Kosmetik murah populer di kalangan anak perempuan. Produk kosmetik dijual di toko-toko 100 yen. Mereka juga dapat membeli pakaian dari merek berharga rendah seperti Shimamura."

Menurutnya, angkatan para orang tua anak-anak itu termasuk kelompok yang mengalami Zaman Es Pekerjaan (yaitu periode kesulitan mendapatkan pekerjaan yang berlangsung dari akhir 1990-an hingga awal 2000-an) dan periode PHK masif selama krisis moneter global, tetapi permasalahan mereka belum ditangani dengan kebijakan yang cukup.

Setelah berkomunikasi dengan keluarga-keluarga miskin, Onishi mengerti bahwa kemampuan dalam menciptakan suasana yang positif dalam keluarga adalah kuncinya. ”Kalau tidak, anak-anak akan percaya bahwa mereka tidak perlu berusaha untuk belajar karena mereka tetap dapat bekerja di mini market setelah mereka menjadi dewasa”.

Jika orang tua mereka adalah pegawai non-formal, sulit bagi anaknya untuk membayangkan bagaimana rasanya bekerja di perusahaan.

Pada periode 1996 hingga 2018, jumlah pegawai non-formal termasuk pekerja kontrak dan sementara naik dua kali lipat menjadi lebih 20 juta orang. Angka ini menempati lebih dari sepertiga dari total jumlah pekerja Jepang. Yang mengejutkan, ada di antara mereka yang bekerja sebagai staf pemerintah. Di negeri-negeri Barat, kemiskinan sering terkait dengan pengangguran, sedangkan karakteristik kemiskinan di Jepang adalah working poor.

Chihiro Takada (nama samaran) tinggal di kompleks perumahan di pinggiran Tokyo Barat. Kehidupan sehari-harinya menggambarkan aspek penderitaan bagi ibu-ibu tunggal.

Wanita berusia 51 tahun itu bercerita bahwa hidupnya terus jatuh. Ibu dua remaja ini pernah mengalami perceraian dua kali. “Saya selalu khawatir tentang keuangan”.

Takada sebelumnya bekerja di bidang perawatan lansia yang memiliki rintangan masuk rendah dan sekarang bekerja di mini market. Dia pikir sulit untuk mendapatkan pekerjaan penuh waktu sambil merawat anak-anaknya. Dia hanya tidur selama tiga jam sehari, dan tanpa disadari dia menderita semacam penyakit mental.

TAKEHIRO MASUTOMO, TOKYO 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

4 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director International Finance Corporation (IFC) Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat, Ahad, 21 April 2024. Sumber: Instagram @smindrawati
Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?


Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

6 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto (dua kanan) berbincang-bincang dengan eks perdana menteri Inggris Tony Blair (tengah) di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Jumat 19 April 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju


Lebih dari 9.500 Warga Palestina Ditahan di Penjara Israel

8 hari lalu

Seorang tahanan Palestina memeluk ibunya setelah dibebaskan di tengah kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel, di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki Israel, 1 Desember 2023. Layanan Penjara Israel telah membebaskan 30 warga Palestina dari penjara-penjara Israel. REUTERS/Ammar Awad
Lebih dari 9.500 Warga Palestina Ditahan di Penjara Israel

Di antara mereka yang ditahan adalah 80 perempuan dan lebih dari 200 anak-anak. Warga Palestina yang ditahan Israel juga mengalami penyiksaan


Ini Arti 6 Warna Rompi Tahanan, Tak Cuma Baju Tahanan Oranye Seperti Tahanan KPK

15 hari lalu

Harvey Moeis. antaranews.com
Ini Arti 6 Warna Rompi Tahanan, Tak Cuma Baju Tahanan Oranye Seperti Tahanan KPK

Berbagai warna rompi tahanan berbeda memiliki maknanya sendiri-sendiri. Termasuk warna baju tahanan warna oranye yang dipakai tahanan KPK.


Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

21 hari lalu

Menko PMK Muhadjir Effendy hadir dalam sidang perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat 5 April 2024. Agenda hari ini ialah mendengarkan kesaksian empat menteri kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. TEMPO/Subekti.
Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

Muhadjir Effendy menyebut program perlinsos ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia.


Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

21 hari lalu

Menko PMK Muhadjir Effendy hadir dalam sidang perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat 5 April 2024. Agenda hari ini ialah mendengarkan kesaksian empat menteri kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. TEMPO/Subekti.
Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

Tak hanya Muhadjir, tiga menteri lain juga turut memberikan keterangan terkait bansos di sidang sengketa pilpres hari ini.


Dokter Penjara Israel: Tahanan Palestina Harus Diamputasi karena Diborgol 24 Jam

21 hari lalu

Ilustrasi napi di penjara. Shutterstock
Dokter Penjara Israel: Tahanan Palestina Harus Diamputasi karena Diborgol 24 Jam

Dokter Israel di rumah sakit lapangan di dalam penjara yang menampung warga Palestina asal Gaza menyebut hal ini merupakan pelanggaran hukum


Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

31 hari lalu

Penandatanganan Kontrak Kerjasama Bantuan Hibah Pemerintah Jepang yang dilakukan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi (kiri) dengan perwakilan dari General Incorporated Association Birdlife International Tokyo (kanan) sebagai organisasi pelaksana proyek pada 25 Maret 2024. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jepang di Jakarta
Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

Bantuan Jepang ini, diharapkan bisa menaikkan pendapatan petani berskala kecil dan mengentaskan kemiskinan di Provinsi Gorontalo


Jung Joon Young Bebas Penjara 5 Tahun, Berikut Kilas Balik Kasus yang Menyeretnya

36 hari lalu

Jung Joon Young. Soompi.com
Jung Joon Young Bebas Penjara 5 Tahun, Berikut Kilas Balik Kasus yang Menyeretnya

Penyanyi K-Pop Jung Joon Young yang dihukum 5 tahun penjara telah bebas. Apa kasus yang menjeratnya?


Cerita 3 Narapidana Rutan Tangerang Terlibat Jaringan Narkoba Penjara, Polisi Buru Mata Rantai ke Tegal dan Jember

37 hari lalu

Ilustrasi penjahat narkoba. ANTARA/Galih Pradipta
Cerita 3 Narapidana Rutan Tangerang Terlibat Jaringan Narkoba Penjara, Polisi Buru Mata Rantai ke Tegal dan Jember

Kasus jaringan narkoba yang melibatkan 3 narapidana ini bermula dari penangkapan pengedar narkoba berinisial MS.