TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sedang mengevaluasi sebuah laporan yang mendesak agar lembaga PBB itu memperbaharui pedoman Kesehatan tentang virus corona. Evaluasi dilakukan setelah lebih dari 200 ilmuwan dalam surat kepada WHO menyoroti bukti virus corona dalam menyebar di partikel udara yang kecil.
Sebelumnya WHO mengatakan SARS-CoV-2 atau virus yang menyebabkan COVID-19, menyebar terutama melalui droplet yang dikeluarkan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi, yang dengan cepat menyerap ke tanah. Tetapi dalam surat terbuka kepada PBB Senin malam, 6 Juli 2020 dan dimuat dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti ada partikel virus yang mengambang dan dapat menginfeksi orang yang menghirupnya.
Lantaran partikel yang lebih kecil itu dapat berlama-lama di udara, para ilmuwan pun mendesak WHO untuk memperbarui panduannya.
"Kami mengetahui artikel itu dan sedang meninjau isinya dengan para pakar teknis kami," kata juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, Senin, 6 Juli 2020.
Fasilitas tes Covid-19 drive-through saat negara bagian Victoria mengalami lonjakan kasus wabah virus corona, di Melbourne, Australia, 25 Juni 2020. [AAP / Daniel Pockett via REUTERS]
Meskipun WHO mengatakan sedang mempertimbangkan aerosol sebagai kemungkinan penularan, belum tentu menjamin adanya perubahan dalam panduan. Michael Osterholm, seorang ahli penyakit menular darii Universitas Minnesota mengatakan WHO sudah lama enggan mengakui penularan aerosol influenza terlepas dari data yang meyakinkan dan melihat kontroversi saat ini yang sengit.
“Saya rasa frustasi kita sudah mencapai batasnya terkait transmisi udara pada penyakit seperti influenza dan SARS-CoV-2," kata Osterholm.
Sedangkan Babak Javid, Konsultan bidang penyakit menular dari Rumah Sakit Universitas Cambridge, mengatakan penularan virus melalui udara adalah mungkin dan bahkan sangat mungkin, tetapi bukti tentang berapa lama virus tetap di udara masih kurang.
Jika itu dapat tetap berada di udara untuk jangka waktu yang lama, bahkan setelah orang yang terinfeksi meninggalkan ruang itu, maka hal tersebut dapat mempengaruhi tindakan yang diambil petugas kesehatan dan orang lain untuk melindungi diri mereka sendiri.
Pedoman WHO untuk petugas kesehatan tertanggal 29 Juni, mengatakan SARS-CoV-2 ditularkan terutama melalui droplet pernapasan dan pada permukaan kulit. Transmisi melalui udara dimungkinkan dalam beberapa kondisi, seperti ketika melakukan prosedur intubasi dan penghasil aerosol.
WHO tetap menyarankan para tenaga medis melakukan prosedur seperti mengenakan masker N95 untuk tugas berat, memakai APD serta berada di ruang berventilasi memadai.
ADITYO NUGROHO | REUTERS