TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan jenazah para penambang yang tewas dalam musibah longsor di pertambangan batu giok di utara Myanmar pada Sabtu, 4 Juli 2020, dimakamkan. Seorang pejabat pemerintah daerah mengatakan pada hari itu, ada 77 jenazah yang dimakamkan dalam satu kuburan massal.
Thar Lin Maung, pejabat dari Kementerian Informasi Myanmar, mengatakan kepada Reuters sejauh ini total sudah 171 jasad ditemukan dari dalam lumpur pertambangan. Namun diperkirakan masih banyak korban yang jasadnya belum ditemukan atau terkubur dalam lumpur.
Lebih dari 170 jenazah korban longsor pertambangan batu giok di Myanmar dimakamkan. Di antara korban yang dimakamkan itu ada yang tidak bisa diidentifikasi. Sumber: Reuters Africa
Lebih dari 170 pekerja migran mencari keberuntungan dengan menjadi penambang batu giok di Hpakant, negara bagian Kachin. Mereka diperkirakan sudah tewas dalam musibah longsor limbah penambangan yang lalu mengalir ke sebuah danau pada Kamis, 2 Juli 2020. Musibah ini tercatat yang terburuk dalam sejarah pertambangan Myanmar.
Para penambang mengumpulkan batu-batu berharga di Hpakant, yang selama ini menjadi industri miliaran-dolar batu giok. Pada Kamis, 2 Juli lalu, limbah penambangan longsor menimpa para penambang, menimbun mereka dengan sebuah lapisan lumpur tebal.
Lin Maung mengatakan 77 orang yang dimakamkan pada Jumat kemarin sudah berhasil diidentifikasi. Sedangkan 41 jenazah lainnya dimakamkan di kuburan massal pada Sabtu, 5 Juli 2020. Para relawan membawa peti mati yang sudah berisi jenazah dan menempatkannya dalam sebuah kuburan massal yang berada tak jauh dari lokasi penambangan.
Ada puluhan jenazah lainnya yang sudah dikremasi sesuai ajaran agama Budha di sebuah pemakaman di sebuah kaki bukit. Banyak mayat penambang yang ditemukan dalam kondisi hancur memperlihatkan betapa kuatnya hantaman gelombang longsor hingga mereka sulit diidentifikasi.