TEMPO.CO, Boston – Seorang profesor dari Universitas Harvard mengaku tidak bersalah terkait tuduhan telah berbohong kepada otoritas Amerika Serikat mengenai hubungannya dengan program rekrutmen oleh pemerintah Cina dan pendanaan untuk riset.
Charles Lieber, mantan kepala departemen Harvard bidang kimia dan biologi, mengatakan dirinya tidak bersalah dalam kesaksian lewat konferensi video untuk persidangan federal di Boston, Amerika Serikat.
“Pengacaranya, Marc Mukasey, mengatakan Lieber akan melawan tuduhan ini sambil menegaskan pemerintah keliru soal ini,” begitu dilansir Reuters pada Selasa, 16 Juni 2020.
Kasus Lieber ini merupakan salah satu kasus penting yang muncul dari hasil investigasi kementerian Hukum AS.
Investigasi ini untuk mengusut pengaruh pemerintah Cina di dalam kampus di tengah merebaknya kekhawatiran akan aktivitas mata-mata dan pencurian hak kekayaan intelektual oleh pemerintah Cina.
Investigasi ini terkait dengan program pemerintah Cina yaitu Program Seribu Talenta.
Otoritas AS menuding program ini merupakan upaya pemerintah Cina untuk mengundang tenaga ahli dan peneliti asing ke Cina.
Otoritas Beijing berharap para talenta ini mau berbagai pengetahuan teknis dengan imbalan seperti dana riset.
Jaksa menuding Lieber menjadi ilmuwan strategis di Universitas Teknologi Wuhan, Cina, pada 2011.
Lieber juga diduga telah mengikuti Program Seribut Talenta. Lieber mendapat bayaran US$50 ribu atau sekitar Rp700 juta per bulan.
Dia juga mendapatkan tunjangan biaya hidup hingga US$158 ribu atau sekitar Rp2.2 miliar.
Lieber juga mendapat bantuan dana riset senilai US$1.5 juta atau sekitar Rp21 miliar untuk membuat laboratorium.
Hubungan Amerika dan Cina memburuk dalam sejumlah front seperti penyadapan komputer dan jaringan telekomunikasi.
AS dan Cina juga berkonflik dalam perebutan pengaruh di Laut Cina Selatan.
Isu lainnya yang membuat kedua negara ekonomi terbesar nomor satu dan dua ini bersaing adalah soal demokrasi di Hong Kong, dan kedaulatan Taiwan.