TEMPO.CO, Jakarta - Vietnam adalah segelintir negara yang mampu mengendalikan penyebaran wabah virus corona ketika dunia masih terseok-seok memilih antara menjaga ekonomi atau menjaga peningkatan kasus.
Setelah sepekan tanpak kasus baru Covid-19, pemerintah Vietnam melonggarkan pembatasan sosial 22 hari dan membuka sejumlah bisnis pada 23 April.
Tanda-tanda kehidupan sudah mulai muncul. Orang-orang membunyikan klakson di jalanan sementara pemilik toko menyapu trotoar di depan toko mereka, semua pertanda baik kota siap dibuka kembali sesuai rencana.
Sekarang pariwisata domestik dilanjutkan kembali karena maskapai penerbangan meningkatkan jadwal penerbangan dan hotel dibuka kembali di seluruh negeri.
Vietnam hanya mencatat 288 kasus dan nol kematian, menjadikan negara Asia Tenggara sebagai negara yang cepat merespons wabah. Tampak terdengar mudah bagaimana Vietnam bisa menanggulangi wabah dengan sumber daya terbatas dibanding dengan negara maju dengan sistem kesehatan paling mutakhir.
Para siswa mengenakan masker saat hari pertama sekolah setelah pelonggaran kebijakan lockdown di Ho Chi Minh, Vietnam, 11 Mei 2020. Meski kembali bersekolah, namun beberapa negara mewajibkan siswanya tetap melakukan pencegahan penyebaran virus Corona dengan mengenakan masker saat ke sekolah. REUTERS/Yen Duong
Sebagai negara partai tunggal, dengan anggota militer dan keamanan yang besar dan terorganisir dengan baik, Vietnam telah mampu membuat keputusan dengan cepat dan segera menetapkannya. Ada juga budaya pengawasan yang kuat, dengan orang-orang kemungkinan akan memberi tahu tetangga mereka jika mereka curiga ada yang salah.
Pada 30 April Reuters melaporkan bagaimana respons sigap Vietnam mengendalikan virus. Pemerintah dilaporkan langsung mengontak pengusaha industri untuk bekerja sama dengan swasta membuat alat kesehatan seperti ventilator dan masker. Sementara laboratorium uji virus corona juga ditambah yang awalnya dari tiga pada Januari menjadi 112 pada April.
Para ahli mengatakan Vietnam terbantu dengan kombinasi kepemimpinan tersentralisasi dan ekonomi pasar terbuka, dan populasi dengan sejarah epidemi sebelumnya yang siap bekerja sama. Dan setelah semuanya terkendali, Vietnam mulai membuka diri.
Laporan dari CNN Travel 15 Mei 2020 menggambarkan bagaimana perubahan Vietnam dari negeri sepi menjadi ramai setelah lockdown.
Meski diklaim mampu mengendalikan virus, tetap ada perubahan dalam kehidupan warga Vietnam.
Para dokter disertai oleh pejabat pemerintah berkeliling ke akomodasi turis untuk memastikan para tamu aman dan bebas virus.
Pagi, siang, dan sore, pengeras suara mengumumkan kepada kendaraan yang melewati jalan-jalan untuk memberitahu semua orang di mana ada kasus-kasus terbaru dengan rincian lengkap.
Sejumlah warga mengantre untuk mendapatkan beras gratis dengan menerapkan sosial distancing di tengah pandemi virus corona atau COVID-19 di Hanoi, Vietnam, 27 April 2020. REUTERS/Kham
Manajemen negara yang cepat berpasangan dengan kebijakan pemerintahnya yang ketat, memungkinkan Vietnam menekan virus lebih efektif daripada kebanyakan negara.
Area berisiko tinggi seperti Hanoi dan Kota Ho Chi Minh memiliki aturan yang lebih ketat, termasuk penutupan bisnis yang tidak penting seperti bar, kedai teh, tempat karaoke, dan acara olahraga, sementara pertemuan lebih dari 10 orang dilarang.
Meskipun beberapa pembatasan tetap diberlakukan, Jumat lalu, Kota Ho Chi Minh mencabut larangan terhadap fasilitas hiburan tertentu dan bisnis yang tidak penting, termasuk pub, bioskop, dan spa.
Hanoi minggu ini membuka kembali tempat-tempat bersejarahnya bagi para pengunjung, sementara jalan-jalan dan pasar di Distrik Hoan Kiem yang populer dibuka kembali pada 15 Mei. Kios-kios makanan jalanan Hanoi mulai mengeluarkan kursi plastik kecil mereka.
Anak-anak muda terlihat berbicara lebih keras dari biasanya dan mereka tampak sangat senang bisa "nongkrong" ke kafe lokal, yang menjadi bagian penting dari budaya anak muda di Vietnam.
Setelah lockdown tidak ada perubahan dramatis. Semua orang memakai masker di depan umum sekarang, dan hanya sekitar 75% dari bisnis telah dibuka kembali, tetapi Hanoi terasa seperti ke masa pra-Covid.
Bagaimanapun, banyak orang Vietnam di industri pariwisata dan perhotelan merasakan dampak kehancuran ekonomi. Menurut beberapa laporan media lokal, Vietnam kehilangan US$ 7 miliar (Rp 104 triliun) dalam pendapatan pariwisata pada Januari-Februari.
Untuk saat ini, pemulihan difokuskan pada pariwisata domestik. Pada 23 April, Kementerian Perhubungan mulai meningkatkan penerbangan domestik dan kereta api ke tujuan-tujuan utama dengan kapasitas penumpang yang terbatas.
Tetapi banyak hotel memutuskan untuk tetap tutup hingga pertengahan Mei atau memang karena kurangnya turis, sementara beberapa operator tur wisata seperti Heritage Cruises akan tetap ditutup hingga akhir tahun ini.
Pengunjung memakai masker di dalam pusat perbelanjaan setelah pemerintah melonggarkan lockdown nasional di Ho Chi Minh, Vietnam, 26 April 2020. Aturan lockdown dilonggarkan setelah pandemi virus corona (COVID-19) berhasil dikendalikan di negara tersebut. REUTERS/Yen Duong
Respons cepat Vietnam tampaknya tidak terhambat oleh pensiunnya menteri kesehatan pada November. Pelaksana tugas sementara menteri kesehatan adalah Wakil Perdana Menteri Vu Duc Dam, seorang pejabat Partai Komunis yang tidak memiliki pengalaman kesehatan masyarakat, telah muncul sebagai pahlawan di media sosial karena perannya memimpin satuan tugas virus corona Vietnam.
Penanganan agresif Vietnam dengan melakukan tes massal , pelacakan kontak, hingga karantina menjadi pedoman utama vietnam.
Dikutip dari The Guardian, kementerian kesehatan Vietnam mengumumkan pengujian dan pelacakan kontak didasarkan pada prinsip empat tingkat:
- pasien Covid-19 yang dikonfirmasi dan kontak langsung mereka (tingkat 1: isolasi dan perawatan di rumah sakit);
- menutup kontak dengan level 1 (level 2: fasilitas karantina);
- menutup kontak dengan level 2 (level 3: karantina sendiri di rumah);
- dan isolasi lingkungan/desa/kota tempat pasien tinggal (level 4).
Meski demikian, Vietnam bukanlah satu-satunya negara yang sukses kendalikan wabah. Taiwan dan Selandia Baru juga sukses melawan virus corona.
Taiwan, tampaknya belajar dari wabah SARS beberapa tahun sebelumnya, dan langsung responsif sejak mendengar ada virus serupa SARS muncul di Wuhan. Sejak dini Taiwan mulai melakukan kontrol perbatasan dengan ketat, peningkatan sanitasi di tempat umum, produksi masker besar-besaran, dan pelacakan kontak pasien Covid-19.
Sementara Selandia Baru telah menurunkan status level 4 lockdown ke level 3, yang berarti melonggarkan pembatasan sosial yang terkenal paling ketat di dunia. Selandia Baru membuat konsep yang disebut "bubble" atau gelembung, sebutan karantina atau isolasi lokal untuk menahan virus corona keluar menyebar ke permukiman lain. Sementara negara tetangganya, Australia, juga termasuk negara dengan kasus terendah dibanding negara Eropa atau Amerika.
Upaya Vietnam, Taiwan, dan Selandia, mengendalikan virus corona berpangku pada prinsip yang sama, yakni ilmu pengentahuan, respons cepat, dan kepemimpinan yang baik. Meski demikian, negara-negara yang berhasil mengendalikan virus corona masih berupaya untuk memulihkan ekonomi mereka yang rusak akibat pandemi ini.