TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat tetap akan membuka perekonomiannya yang terpuruk karena Covid-19 meski vaksin virus corona belum ditemukan.
"Saya hanya ingin semuanya menjadi jelas, ini sangat penting. Dengan vaksin atau tanpa vaksin, kita akan kembali," kata Trump dalam acara tengah hari di Rose Garden Gedung Putih. "Dan kita sedang memulai suatu proses."
Dilaporkan CNN, 16 Mei 2020, pengumuman resmi Operasi Warp Speed oleh Trump datang ketika para peneliti di seluruh dunia berjuang untuk mengembangkan vaksin untuk virus yang telah menewaskan 300.000 orang lebih di seluruh dunia.
Banyak yang melihat vaksin yang efektif sebagai satu-satunya cara untuk mengembalikan kehidupan agar kembali normal. Tetapi Trump menjelaskan pada hari Jumat bahwa dia tidak setuju dengan pandangan itu, bersikeras bahwa ekonomi sudah pulih kembali karena beberapa negara melonggarkan aturan mereka.
Bahkan ketika dia memproyeksikan keyakinan bahwa suatu vaksin akan tersedia dalam beberapa bulan, dia mengecilkan pentingnya vaksin dalam membantu orang Amerika kembali ke kehidupan normal.
Baca Juga:
"Kami pikir kami akan memiliki vaksin dalam waktu dekat, dan jika kami melakukannya, kami akan benar-benar menjadi langkah besar ke depan dan jika tidak, kami akan menjadi seperti banyak kasus lain di mana Anda memiliki masalah masuk, itu akan hilang di beberapa titik, itu akan hilang, "kata Trump.
Trump telah mendorong negara-negara bagian untuk mencabut pembatasan sosial mereka dan berharap untuk pemulihan ekonomi pada pilpres November.
Trump sendiri mengatakan telah mengucurkan USD 10 miliar (Rp 148 triliun) untuk program penyediaan 300 juta dosis vaksin kepada warga Amerika sampai Januari 2021.
Dikutip dari Reuters, Trump mengatakan Amerika telah bekerja sama dengan negara lain dan pemerintah akan berinvestasi dalam semua kandidat utama vaksin virus corona.
Trump mengatakan daftar kandidat vaksin telah dipersempit menjadi 14 vaksin potensial yang menjanjikan dengan rencana untuk mempersempit daftar lebih lanjut.
Para pejabat mengatakan kepada Los Angeles Times, inisiatif itu akan berusaha untuk merampingkan dan mengoordinasikan pekerjaan lembaga pemerintah, industri swasta dan militer. Seorang mantan eksekutif farmasi dan seorang jenderal bintang empat Angkatan Darat akan mengepalai upaya tersebut, yang Gedung Putih sebut Operasi Warp Speed.
Namun sehari sebelumnya, seorang mantan pejabat tinggi vaksin AS bersaksi di depan Kongres bahwa ia ragu dengan kerangka waktu 12 hingga 18 bulan yang sering disebut-sebut sebagai target produksi vaksin.
Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Dr. Anthony Fauci, bersaksi pada Selasa bahwa 12 hingga 18 bulan adalah mungkin tetapi tidak ada jaminan vaksin akan bekerja sama sekali, menurut laporan Washington Post.
Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic
Trump membentuk divisi pengembangan vaksinnya sendiri dan menjanjikan vaksin tersedia luas pada akhir tahun. Dia menyamakan proyek vaksin virus corona AS sebagai upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II.
"Saya percaya mereka sangat kredibel. Saya juga percaya mereka sangat menantang," kata Moncef Slaoui, mantan eksekutif farmasi yang Trump yang memimpin proyek pengembangan vaksin.
Trump menunjuk Slaoui, mantan kepala divisi vaksin GlaxoSmithKline, untuk memimpin upaya bersama dengan Jenderal Angkatan Darat bintang empat Gustave Perna.
Perna menyebut upaya untuk mengembangkan vaksin pada akhir tahun sebagai "tugas raksasa" pada hari Jumat.
Slaoui, yang telah menjadi kapitalis ventura sejak meninggalkan raksasa farmasi pada tahun 2017, akan bertindak sebagai penasihat utama untuk upaya vaksin. Perna akan bertindak sebagai chief operating officer yang mengawasi logistik.
Keduanya melengkapi upaya pengembangan vaksin yang sudah dilakukan oleh pemerintah federal, termasuk di National Institutes of Health.
Sementara Fauci, seorang pemimpin di lembaga itu, juga menghadiri konferensi pers hari Jumat di Rose Garden namun dia tidak berbicara. Anthony Fauci, pakar terkemuka gugus tugas virus corona Gedung Putih, baru-baru ini mendapat kecaman dari beberapa sekutu Trump karena enggan membuka kembali Amerika, yang katanya akan memiliki konsekuensi besar jika tidak dilakukan dengan hati-hati.