TEMPO.CO, Beijing – Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menyimpulkan tidak ada bukti virus Corona atau COVID-19 berasal dari laboratorium di negaranya.
Virus Corona ini telah menginfeksi sekitar 2.1 juta orang di 185 negara dengan 144 ribu. Sebanyak 540 ribu orang telah sembuh.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian mengatakan ini menanggapi tuduhan dari Amerika Serikat bahwa virus Corona ini berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina bagian tengah.
Ini merupakan lokasi yang menjadi tempat pertama menyebarnya pandemi Corona pada Desember 2019.
Presiden AS Donald Trump, mengatakan pemerintahannya berupaya memastikan apakah virus Corona berasal dari laboratorium biologis di Wuhan.
Sedangkan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan Beijing perlu bersikap terbuka soal apa yang mereka ketahui.
Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan virus Corona terjadi secara alamiah dan bukan dibuat di laboratorium. Namun, dia mengakui tidak ada kepastian soal ini.
“Kami melakukan pemeriksaan menyeluruh mengenai situasi buruk yang terjadi ini,” kata Trump.
Pada Selasa, Trump mengumumkan penghentian dana untuk WHO. Ini dilakukan untuk mengetahui peran WHO yang dianggap keliru dalam mengelola penanganan wabah ini dan berupaya menutupi penyebarannya.
AS merupakan negara donor terbesar di dunia untuk WHO, yang telah memberi dana US$400 juta atau sekitar Rp6.2 triliun. Ini setara 15 persen dari total dana tahunan WHO.
Keputusan Trump ini mendapat kecaman dari berbagai negara dan institusi. Presiden Asosiasi Medis Amerika, Patrice Harris, mengatakan itu langkah berbahaya dan arah yang keliru, yang tidak akan membuat upaya mengalahkan virus Corona atau COVID-19 lebih mudah. Dia meminta Trump memikir ulang keputusannya itu. Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengatakan saat ini bukan waktunya untuk mengurangi sumber daya operasi dari WHO.