TEMPO.CO, Jakarta - Tidak menurunnya pandemi virus Corona (COVID-19) di Italia, meski telah dilakukan lockdown di berbagai provinsi, membuat pemerintah setempat kebingungan. Walhasil, perpanjangan masa lockdown dipertimbangkan apabila yang ada sejauh ini tak kunjung menunjukkan hasil.
"Saya belum tahu apakah pembatasan yang ada sekarang akan diperpanjang hingga melewati 3 April. Kami akan membuat keputusan berdasarkan data dan peristiwa di lapangan. Saya tidak mengesampingkan kemungkinan (perpanjangan) itu. Kita lihat dalam beberapa hari ke depan," ujar Menteri Infrastruktur, Paola De Micheli, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 18 Maret 2020.
Hingga berita ini ditulis, total sudah ada 25 provinsi di Italia yang di-lockdown oleh pemerintah setempat. Sebanyak 11 di antaranya berada di kawasan Lombardia, salah satu pusat penyebaran virus Corona di italia.
Bar, toko, kantor, restoran, sekolah, dan universitas ditutup. Paling cepat, mereka bisa dibuka kembali tanggal 25 Maret, namun penutupan ditargetkan hingga tanggal 3 April. Mereka yang tidak memiliki keperluan penting untuk berpergian, diminta untuk menetap di rumah dan menjaga kesehatan.
Anehnya, dengan sekian banyak pembatasan tersebut, pertumbuhan kasus di Italia tidak menunjukkan penurunan. Sejak 12 Maret, pertumbuhan malah melaju kencang. Per hari ini, total ada 31.506 kasus dan 2.503 korban meninggal di Italia akibat virus Corona.
Kepala Bidang Kesejahteraan di Lombardia, Giulio Gallera, tidak menentang kemungkinan lockdown yang diperpanjang. Bahkan, ia merasa pembatasan yang lebih ketat perlu dilakukan setelah melihat tren pertumbuhan kasus virus Corona (COVID-19)
"Pilihannya antara pertumbuhan kasus baru menurun di hari Minggu nanti atau kita menerapkan pembatasan yang lebih ketat," ujarnya. Sebelumnya, pemerintah daerah di Lombardia telah memberi sinyal akan mematikan seluruh kegiatan bisnis untuk sementara waktu, mulai dari pabrik hingga moda transportasi.
ISTMAN MP | REUTERS