TEMPO.CO, Jakarta - Kepala HAM PBB, Michelle Bachelet, mengekspresikan kengeriannya atas krisis kemanusiaan di wilayah utara Suriah. PBB bisa melihat tidak ada pembelaan yang dilakukan atas serangan tanpa pandang bulu dan tidak berkemanusiaan sehingga meninggalkan trauma yang besar pada masyarakat Suriah.
“Kekejaman ini sungguh sulit dipercaya, dimana warga sipil, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak tinggal di bawah potongan terpal plastik dan kedinginan, lalu dijatuhi bom. Hampir seluruh keluarga secara tragis menemukan bom adalah bagi dari kehidupan sehari-hari mereka,” kata Rupert Colville, Juru bicara Komisi Tinggi HAM PBB, menyampaikan keterangan tertulis Bachelet, Selasa, 18 Februari 2020.
Anggota Pertahanan Sipil Suriah berada dekat reruntuhan bangunan akibat serangan udara saat mencari korban di Maarat al-Numan, Idlib, Suriah, 28 Agustus 2019. Syria Civil Defence in the Governorate of Idlib/Handout via REUTERS
Menurut Bachelet, warga sipil yang melarikan diri dari pertempuran, di sejumlah area menghadapi pemerasan dan kesulitan mencari tempat yang aman setelah area aman menciut dalam hitungan jam. Dalam kondisi sudah jatuh tertimpa tangga seperti itu, mereka masih dijatuhi bom.
“Secara sederhana, mereka itu tidak tahu kemana harus berlindung,” kata Bachelet, seperti dikutip dari aa.com.tr.
Bachelet meyakinkan pihaknya menyadari adanya risiko besar warga sipil tidak akan bisa lagi melintas dari Kota Idlib ke area-area lain di Suriah. Diperkirakan dalam enam hari terakhir masih ada sekitar 148 ribu orang di Kota Idlib. Sejak Januari 2019, masyarakat Idlib dan area sekitar yang kehilangan tempat tinggal sehingga harus mengungsi diperkirakan mencapai 2 juta orang.
Sebagian besar dari jumlah itu, mendirikan tenda-tenda di area perbatasan Suriah – Turki. Turki sekarang diperkirakan menampung lebih dari 3,6 juta pengungsi Suriah. Komisi Tinggi HAM PBB menyerukan agar seluruh pihak dalam konflik Suriah segera menghentikan pertempuran dan memastikan seluruh warga sipil terlindungi.
PBB memperkirakan sejak Desember 2019, lebih dari 900 ribu orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, terlantar. Sedangkan sejak 1 Januari 2020, otoritas berwenang PBB mencatat ada 298 kematian warga sipil di Kota Idlib dan Aleppo. Bukan hanya warga sipil, tercatat 10 fasilitas medis dan 19 sekolah, remuk dihancurkan serangan atau terkena dampak serangan militer Suriah dan kelompok-kelompok pemberontak.