TEMPO.CO, Jakarta - Dua Youtuber asal Korea Selatan, Jung Se-young dan Baeck Ha-na mendadak sangat terkenal setelah acara mereka di YouTube bernama SOLOdarity sepanjang 2019 mendapat 37 ribu followers atau pengikut. Jung dan Baeck melalui acara itu mengkampanyekan hidup lajang.
Dikutip dari asiaone.com, Jung dan Baeck membandingkan pernikahan dengan perbudakan bagi perempuan. Keduanya juga mengkritisi tradisi ayah menyerahkan anak perempuannya pada laki-laki yang menikahinya dengan menyebut tradisi itu menyerang.
“Pernikahan adalah akar penyebab patriarki di Korea Selatan,” kata Jung
Jung dan Baeck mengkampanyekan gerakan Tidak Menikah yang sekarang berkembang di kalangan feminis Korea Selatan.
Dalam acara SOLOdarity, Jung dan Baeck memberikan nasehat pada perempuan mengapa mereka sebaiknya tetap melajang. Keduanya juga membahas masalah-masalah feminis lainnya yang ada dalam tradisi perempuan Korea Selatan. Selain menjadi YouTuber, Baeck juga adalah seorang akuntan.
“Ini soal memboikot pernikahan, laki-laki, seks dan hubungan asmara,” kata Jung.
Jung dan Baeck mengaku sebelumnya masing-masing pernah punya pacar, namun hubungan itu tidak membuat mereka bahagia. Mereka harus mengubah penampilan demi menyenangkan pasangan. Jung mengatakan dia bahkan sampai menjalani operasi plastik demi menyenangkan pasangan. Jung dan Baeck sudah berjanji akan melajang seumur hidup.
Menikah dan punya anak telah menjadi topik yang penuh pro dan kontra di Korea Selatan. Negeri Gingseng itu saat ini terseok-seok dengan rendahnya angka fertilitas.
Data PBB memperlihatkan rata-rata perempuan dan anak-anak di negara itu 1:1. Kondisi ini bisa menciptakan krisis demografi yang berdampak pada naiknya pertumbuhan populasi lansia.
Untuk menghadapi hal ini, Pemerintah Korea Selatan menelurkan langkah-langkah diantaranya mendorong kesetaraan gender, meningkatkan kebijakan cuti ibu melahirkan hingga menawarkan perawatan kesuburan pada pasangan suami – istri dan perempuan melajang. Bukan hanya itu, seorang ibu sekarang boleh mendaftarkan anak mereka menggunakan nama keluarga si ibu demi menghapus stigma yang sering dialami perempuan yang tidak menikah.