TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi orang tua di zaman digital punya tantangannya tersendiri. Orang tua bukan hanya dihadapkan pada tantangan agar anak tak kecanduan gawai, tetapi juga bahaya penculikan.
Dikutip dari asiaone.com, Ihsan, seorang ayah di Malaysia, pada 7 Januari 2020 lalu mengunggah ke Facebook peringatan risiko terlalu banyak membagi informasi soal anak ke media sosial. Himbauan itu disampaikan Ihsan setelah putrinya nyaris menjadi korban penculikan.
Ihsan menceritakan upaya penculikan terhadap putrinya terjadi pada 6 Januari 2020, yang ketika itu satu orang asing berpakaian rapi mencoba membawa anaknya yang masih balita untuk pergi bersamanya. Orang asing itu pun memanggil putrinya dengan namanya.
Beruntung, seorang guru yang mengenal keluarga Ihsan dan istrinya, menghentikan upaya orang asing itu dan memintanya untuk pergi.
“Di sini, kami menyadari beratnya tanggung jawab seorang guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas,” tulis Ihsan di Facebook.
Ilustrasi Penculikan Anak. shutterstock.com
Ihsan, yang tidak mempublikasi nama lengkapnya, menceritakan ketika perbuatannya ketahuan, orang asing itu membuat alasan yang lemah bahwa dia datang ke sekolah yang salah. Ihsan menegaskan alasan itu sungguh tidak masuk akal.
Kepala sekolah tempat putri Ihsan bersekolah segera dikabari soal insiden ini dan dia telah mengambil sejumlah langkah serius.
“Jangan sebarkan di media sosial nama anak Anda dan nama sekolahnya. Apa pun bisa terjadi pada anak-anak,” tulis Ihsan.
Penculikan anak-anak adalah hal yang menakutkan bagi orang tua di seluruh dunia, termasuk predator seks. Sulit rasanya bagi orang tua menahan godaan untuk tidak mengunggah foto anak-anak mereka yang lucu ke media sosial, sekaligus untuk mendokumentasikan pertumbuhan mereka.
Akan tetapi, Ihsan memperingatkan para orang tua agar mempertimbangkan risiko-risiko yang mungkin terjadi ketika membuka identitas anak dan informasi pribadi lainnya.