TEMPO.CO, Washington – Militer Amerika Serikat melakukan serangan udara terhadap fasilitas milik milisi Kataib Hizbullah di Irak dan Suriah.
Serangan ini merupakan balasan atas terbunuhnya seorang kontraktor sipil akibat serangan roket di sebuah pangkalan militer Irak.
Sumber milisi dan keamanan Irak mengatakan setidaknya 25 orang milisi tewas. Dan sekitar 55 orang terluka akibat tiga serangan rudal presisi AS di Irak pada Ahad, 29 Desember 2019.
“Sebagai respon atas serangan berulang Kataib Hizbullah terhadap pangkalan di Irak yang menampung pasukan koalisi Operasi Inherent Resolve, pasukan AS melakukan serangan rudal presisi, yang menurunkan kemampuan KH melakukan serangan lanjutan terhadap pasukan koalisi,” kata Jonathan Hoffman, kepala juru bicara Pentagon, seperti dilansir Reuters pada Senin, 30 Desember 2019.
Setidaknya, empat komandan lokal Kataib Hizbullah tewas dalam serangan ini. Salah satu serangan menyasar markas kelompok ini, yang terletak sebelah barat distrik Qaim dekat perbatasan Suriah.
Pentagon mengatakan serangan udara menggunakan rudal presisi ini menyasar tiga lokasi milik milisi Syiah yang didukung Iran, yang berada di Irak. Dua lokasi berada di Suriah.
Lokasi yang diserang termasuk fasilitas penyimpanan senjata dan lokasi kontrol komando, yang menjadi tempat perencanaan dan pelaksanaan serangan terhadap pasukan koalisi.
Serangan rudal presisi ini menggunakan jet tempur F-15.
Militer AS menuding kelompok Kataib Hizbullah melakukan serangan 30 roket lebih pada Jumat pekan lalu.
Serangan ini menewaskan seorang kontraktor sipil asal AS dan melukai empat tentara AS. Dua orang tentara Irak juga terluka.
CNN melansir serangan rudal presisi ini terjadi pada pukul sebelas pagi waktu setempat. Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, melaporkan rencana serangan ini kepada Presiden Donald Trump untuk mendapat persetujuan.
Kelompok Popular Mobilization Units atau Hashd al-Shaabi, yang didukung Iran, mengatakan 19 orang tewas dalam serangan udara itu.