TEMPO.CO, Jakarta - Putra mendiang Jamal Khashoggi, Salah Khashoggi, menerima putusan pengadilan Arab Saudi atas pembunuhan ayahnya pada Senin.
"Keadilan proses peradilan didasarkan pada dua prinsip, keadilan dan proses pengadilan yang cepat, sehingga tidak ada ketidakadilan atau penundaan," kicau Twitter Salah dalam bahasa Arab, dikutip dari Arab News, 26 Desember 2019.
"Hari ini, pengadilan telah memperlakukan kami dengan adil, anak-anak dari almarhum, Jamal Khashoggi. Kami menegaskan keyakinan kami pada peradilan Saudi di semua tingkatan, dalam melayani dan mencapai keadilan. Alhamdulillah," sambungnya.
. . . .
— salah khashoggi (@salahkhashoggi) December 23, 2019
Komisi Hak Asasi Manusia Arab Saudi men-tweet pada Senin bahwa putusan dalam kasus Khashoggi adalah contoh dari independensi peradilan dan imparsialitas Arab Saudi.
"Keputusan awal terhadap para penuntut kasus Khashoggi pada hari Senin adalah bukti yang jelas akan independensi, imparsialitas dan kompetensi peradilan Kerajaan dan perilaku keadilan yang baik dan tidak ada impunitas. Ini adalah prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam hukum Kerajaan, yang terpenting adalah sistem dasar pemerintahan," kata ketua komisi HAM Dr. Awwad bin Saleh Al-Awwad.
Namun, tunangan Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz, berpendapat lain. Hatice Cengiz menyebut hukuman mati terhadap lima orang terkait kasus pembunuhan kekasihnya tidak adil dan tidak sah, dan eksekusi mereka akan menyembunyikan kebenaran.
"Jika orang-orang ini dieksekusi tanpa ada kesempatan untuk berbicara atau menjelaskan diri mereka sendiri, kita mungkin tidak akan pernah tahu kebenaran di balik pembunuhan ini," katanya, dikutip dari Reuters. "Saya menyerukan kepada setiap otoritas di dunia untuk mengutuk keputusan pengadilan semacam ini dan segera mencegah eksekusi, karena ini hanya akan menjadi langkah lain dalam menyembunyikan kebenaran."
Pada Senin Turki juga mengatakan bahwa hasil persidangan jauh dari melayani keadilan, dan pada hari Selasa Direktur Komunikasi Turki Fahrettin Altun mengecam putusan tersebut sebagai penghinaan terhadap utusan pengamat PBB yang adil.
"Media internasional harus mengejar kasus Khashoggi sampai ada pertanggungjawaban yang benar...Mereka yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan cepat atau lambat," kata Altun di Twitter, menyebut pengadilan itu palsu.
Nama-nama para terpidana mati tidak dirilis, tetapi diyakini salah satunya termasuk agen intelijen Maher Mutreb yang sering bepergian dengan putra mahkota dalam perjalanan ke luar negeri, menurut Daily Mail.
Pakar forensik Salah al-Tubaigy dan Fahad al-Balawi, anggota pasukan pengawal kerajaan Saudi, juga termasuk di antara para terpidana.
Hatice Cengis, tunangan Jamal Khashoggi, jurnalis dan kolumnis yang diduga tewas dibunuh di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Tiga tokoh penting yang diduga terlibat dalam pembunuhan Khashoggi divonis bebas. Tiga orang yang divonis bebas adalah tokoh penting dan salah satunya orang dekat Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Dikutip dari Middle East Eye, ketiganya adalah Saud al-Qahtani, Konjen Saudi di Istanbul Mohammed al-Otaibi, dan mantan Wakil Kepala Intelijen Saudi Ahmed al-Assiri. Saud al-Qahtani sendiri adalah penasihat utama MBS. Dia memegang urusan komunikasi Kerajaan Saudi.
Jaksa penuntut Saudi, Shalaan al-Shalaan, mengatakan ketiganya dibebaskan karena tidak cukup bukti.
Pelapor Khusus PBB Agnes Callamard menemukan ada bukti yang dapat dipercaya bahwa ada keterlibatan dari pejabat tinggi Saudi, termasuk Mohammed bin Salman. CIA juga menyimpulkan bahwa putra mahkota bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Agnes Callamard menyebut penyelidikan Arab Saudi atas pembunuhan Jamal Khashoggi hanyalah parodi semata.
"Parodi investigasi, penuntutan, dan keadilan terus berlanjut," tulis Callamard di Twitter pada Senin.
Christophe Deloire dari Reporters Without Borders mengatakan, "Ketika orang Saudi menjatuhkan hukuman mati kepada lima orang atas pembunuhan Jamal Khashoggi, kami khawatir itu adalah cara untuk membungkam mereka selamanya dan untuk menyembunyikan kebenaran."