TEMPO.CO, Jakarta - Michael Schade, turis asal San Francisco, Amerika Serikat, hanya bisa melongo ketika gunung berapi di Pulau White, pada Senin, 10 Desember 2019, erupsi. Kedati diselimuti kebingungan, Schade masih sempat merekam momen gunung meletus itu dan mengunggahnya ke media sosial.
“Oh Tuhan, gunung berapi di Pulau White, Selandia Baru, erupsi hari ini untuk pertama kali sejak 2001. Saya dan keluarga harus keluar berlindung sekitar 20 menit sambil menunggu kapal kami meninggalkan area Pulau White. Sungguh tidak bisa terlukiskan kami bisa pulang ke rumah,” kata Schade seperti dikutip dari ndtv.com, Selasa, 10 Desember 2019.
Asap yang terlihat dari letusan gunung berapi di Whakaari, Pulau Putih, Selandia Baru, 9 Desember 2019. Sebanyak lima orang korban tewas berasal dari 23 orang yang sempat diselamatkan petugas pasca letusan gunung. INSTAGRAM @ALLESSANDROKAUFFMANN/via REUTERS
Jumlah korban tewas akibat gunung meletus di kawasan Pulau While sudah delapan orang dan beberapa orang luka-luka. Muncul pula laporan sejumlah orang hilang ketika gunung berapi itu meletus secara tiba-tiba, tanpa memberi tanda-tanda. Gunung berapi itu terletak di wilayah timur pantai utara Selandia Baru.
Dalam video yang diunggah oleh Schade ke Twitter, terlihat dia berlari menjauh dari Pulau White dengan sebuah perahu. Asap membumbung ke angkasa membuat sekelompok turis yang sedang tamasya ketakutan, terlebih ketika asap semakin dekat ke bibir pantai.
Sebuah helikopter yang sedang terparkir di dekat Pulau White tampak kusam dengan tertutupi abu.
“Ada beberapa orang yang kami angkut dengan perahu kami. Ada seorang perempuan dalam kondisi kritis, namun syukurnya bisa selamat. Helicopter itu terlihat hancur,” tulis Schade di Twitter.
Schade menceritakan sulit mempercayai apa yang baru saja dialaminya. Dia piknik ke Pulau White Bersama sekelompok tur tamasya dan saat gunung berapi disana meletus, mereka benar-benar berdiri dipinggir kawah utama. Dia pun memuji para operator wisata yang cekatan membantu orang-orang menit-menit pertama ketika gunung erupsi.