Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

7 Teknik Penyiksaan Interogator CIA di Penjara Teluk Guantanamo

image-gnews
Fasilitas kamar, yang hanya bisa ditempati satu tahanan di penjara Guantanamo. Getty Images/Joe Raedle
Fasilitas kamar, yang hanya bisa ditempati satu tahanan di penjara Guantanamo. Getty Images/Joe Raedle
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan tahanan penjara Teluk Guantanamo yang dikenal sebagai Abu Zubaydah, menggambar sketsa ilustrasi penyiksaan yang ia alami selama empat tahun yang dilakukan interogator CIA.

Zubaydah, 48 tahun, menggambar sketsa penyiksaan tahun ini di Guantánamo untuk dimasukkan dalam laporan 61 halaman, "How America Tortures," oleh pengacaranya, Mark P. Denbeaux, seorang profesor di Sekolah Hukum Universitas Seton Hall di Newark, dan beberapa mahasiswa Denbeaux.

Laporan ini menggunakan kesaksian langsung, memo pemerintahan internal Bush, ingatan tahanan dan laporan Komite Intelijen Senat 2014 untuk menganalisis program interogasi. Program ini awalnya dibuat untuk Zubaydah, yang secara keliru diyakini sebagai letnan tertinggi Al Qaeda.

Zubaydah adalah seorang Palestina yang bernama asli Zayn al-Abidin Muhammad Husayn.

Dia ditangkap dalam pertempuran senjata di Faisalabad, Pakistan, pada Maret 2002, terluka parah, termasuk luka parah di paha kirinya, dan dikirim ke jaringan penjara luar negeri CIA.

Dia ditahan di penjara paling rahasia di Guantanamo Bay, Camp 7. Dia menggambar sketsa sebagai bahan hukum yang ditinjau dan untuk dimasukkan dalam penelitian.

Laporan ini pertama kali diterbitkan oleh New York Times, 4 Desember 2019, bekerja sama dengan Pulitzer Center on Crisis Reporting. Berikut sejumlah sketsa metode penyiksaan CIA di Teluk Guantanamo berdasarkan kesaksian Zubaydah.

Papan air

Sketsa penyiksaan waterboarding atau papan air di Teluk Guantanamo.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Dalam gambar ini, tahanan diikat telanjang di atas papan, dan ditutup kain atau handuk di seluruh wajah. Kemudian interogator menyiram air sampai tahanan tidak bisa bernafas dan merasa seperti tenggelam.

Gambar itu kontras dengan beberapa yang lain yang terlihat dalam budaya populer; sebuah pameran di Spy Museum di Washington, misalnya, menunjukkan seorang penjaga menuangkan air ke wajah seorang tahanan yang berpakaian rapi seperti pakaian olahraga penjara. Teknik penyiksaan ini disebut waterboarding.

Potret diri Zubaydah juga menunjukkan detail desain yang tidak ada di sebagian besar penggambaran, seperti engsel tarik ke bawah untuk memiringkan kepala tahanan. Tali kekang untuk menahan paha yang terluka.

Studi Komite Intelijen Senat dari Program Interogasi CIA menyimpulkan bahwa waterboarding dan teknik lainnya adalah brutal dan jauh lebih buruk daripada yang dipaparkan CIA.
"Penggunaannya menyebabkan kejang-kejang, muntah dan membuat Zubaydah benar-benar tidak responsif, dengan gelembung udara naik melalui mulutnya yang terbuka dan penuh air," katanya.

Dalam kesaksian Zubaydah kepada pengacaranya pada tahun 2008, Zubaydah menggambarkan yang pertama dari 83 sesi papan air dengan cara ini, "Mereka terus menuangkan air dan berkonsentrasi pada hidung dan mulut saya sampai saya benar-benar merasa saya tenggelam dan dada saya nyaris akan meledak karena kekurangan oksigen."

Posisi stres

Metode penyiksaan CIA yang disebut Posisi Stres.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Kesaksian oleh tahanan di berbagai situs hitam CIA di Thailand berbeda tentang bagaimana metode ini digunakan. Dalam ilustrasinya, Zubaydah menunjukkan dirinya telanjang dan dibelenggu di pergelangan tangan ke sebuah jeruji besi di atas kepalanya, dan dipaksa untuk berjinjit.

Dalam kesaksian, seperti yang dilaporkan oleh pengacaranya, ia masih belum pulih dari luka besar di pahanya, dan dia mencoba untuk menyeimbangkan beratnya di kaki lainnya.

"Berjam-jam berlalu ketika saya berdiri di posisi itu," katanya kepada pengacaranya. "Tangan saya diikat kencang ke jeruji paling atas."

Beberapa penjaga, katanya, memperhatikan warna tangannya dan memindahkannya ke kursi. Interogasi dilanjutkan dalam keadaan vertigo, dingin, lapar, sedikit tidur dan muntah hebat.

Belenggu pendek

Teknik penyiksaan belenggu pendek oleh CIA.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Zubaydah, yang tidak memiliki pelatihan seni formal, menggambar diri dengan tutup kepala, dan dibelenggu dalam posisi mengkerut seperti janin dalam rahim dan ditambatkan dengan rantai ke sel sel untuk membatasi gerakannya. Dalam memberikan CIA persetujuan untuk menggunakan teknik yang mirip dengan ini, Jay S. Bybee, mantan asisten jaksa agung, mencatat dalam memo 18 halaman tertanggal 1 Agustus 2002, bahwa "dengan mengamati Zubaydah di penahanan, Anda mencatat bahwa ia tampak seperti cukup fleksibel meskipun ada luka."

Dia juga mencatat dalam otorisasi, yang ditujukan kepada penasihat hukum sementara CIA, John A. Rizzo, bahwa CIA menyatakan bahwa posisi-posisi ini tidak dirancang untuk menghasilkan rasa sakit yang terkait dengan meliukkan tubuh.

Walling

Teknik penyiksaan CIA bernama Walling, atau membenturkan kepala tahanan ke dinding.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gambar ini muncul dengan sensor hitam di wajah interogator Zubaydah.

Sketsa ini menunjukkan interogator dengan erat melilitkan handuk di leher Zubaydah saat dia membenturkan bagian belakang kepala Zubaydah ke dinding kayu yang menutupi dinding semen.

"Dia terus membenturkan saya ke dinding," katanya, yang dia ingat sempat membuatnya buta sementara.

Setiap benturan, katanya, dia akan jatuh ke lantai, diseret oleh handuk yang dibungkus plastik yang menyebabkan pendarahan di leher, dan kemudian ditampar di bagian wajah.

Dalam deposisi 2017 sebagai bagian dari gugatan yang akhirnya diselesaikan, James E. Mitchell, mantan psikolog kontrak CIA yang merancang teknik dengan seorang kolega, John Bruce Jessen, mengatakan Walling dimaksudkan untuk mengincar telinga bagian dalam. "Jika menyakitkan, berarti Anda salah melakukannya," katanya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cerita Pembuat Konten Tega Siksa Anak Monyet Ekor Panjang, Dapat Cuan dari WNA

4 hari lalu

Tiga ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) bermain di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta, Selasa 30 November 2021. Suaka Margasatwa Muara Angke akan dikembangkan menjadi pusat edukasi ekosistem mangrove atau bakau dan fauna serta flora yang berada di dalamnya. TEMPO/Subekti.
Cerita Pembuat Konten Tega Siksa Anak Monyet Ekor Panjang, Dapat Cuan dari WNA

Polisi telah mengungkap tiga pelaku yang memproduksi video penyiksaan anak monyet ekor panjang. Mereka mendapat pesanan dari luar negeri.


TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

11 hari lalu

Pegiat pelanggar HAM berat yang diiniasi Jaringan Solidaritas Korban Untuk Keadilan (JSKK), Jaringan Relawan Kemanuasiaan Indonesia (JRKI) dan Korban Tindak Kekerasan (kontras) melakukan aksi kamisan yang ke-804 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 1 Februari 2024. Aksi tersebut menuntut Presiden RI Joko WIdodo untuk menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM beat secara berkeadilan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

TNI sebut pembunuhan oleh OPM terhadap Danramil Aradide sebagai pelanggaran HAM berat. Bagaimana kategori jenis pelanggaran HAM berat sesuai UU HAM?


Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

19 hari lalu

Seorang ibu menemani anaknya yang menderita kekurangan gizi menerima perawatan di pusat kesehatan al-Awda, di tengah kelaparan yang meluas saat konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 1 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

Negosiasi gencatan senjata di Gaza, setelah sekitar setengah tahun pertempuran antara tentara Israel dan Hamas, akan berlangsung hari ini di Kairo


Cerita Jurnalis di Halmahera yang Dianiaya Tiga Prajurit TNI AL: Jangan Bunuh, Anak Saya Masih Kecil

20 hari lalu

Ilustrasi tawuran/perkelahian pelajar/kekerasan di sekolah. Shutterstock
Cerita Jurnalis di Halmahera yang Dianiaya Tiga Prajurit TNI AL: Jangan Bunuh, Anak Saya Masih Kecil

Sukandi, jurnalis di Halmahera Selatan, disiksa usai memberitakan penangkapan kapal pengangkut minyak Dexlite milik Polairud Maluku Utara oleh TNI AL.


Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

25 hari lalu

Sindrom Havana pertama kali dilaporkan pada diplomat yang ditempatkan di Kuba pada tahun 2016. REUTERS
Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

Laporan Insider menyebutkan anggota unit intelijen militer Rusia (GRU) kemungkinan terlibat dalam penyebaran Sindrom Havana.


TNI Pastikan Jatuhkan Sanksi terhadap 13 Prajurit yang Siksa Warga Papua

28 hari lalu

Kapuspen TNI Mayjend Nugraha Gumilar (kedua dari kiri), Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjend Izak Pangemanan (ketiga dari kiri), Kadispenad Brigjen Kristomei Sianturi (paling kanan) dalam konferensi pers video viral penganiayaan warga Papua oleh anggota TNI di Subden Mabes TNI, Jakarta Pusat, pada Senin, 25 Maret 2024. Tempo/Yohanes Maharso
TNI Pastikan Jatuhkan Sanksi terhadap 13 Prajurit yang Siksa Warga Papua

Sebanyak 13 prajurit TNI tersangka penganiayaan warga di Papua akan mendapat hukuman yang berbeda, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.


Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

28 hari lalu

Kapuspen TNI Mayjend Nugraha Gumilar (kedua dari kiri), Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjend Izak Pangemanan (ketiga dari kiri), Kadispenad Brigjen Kristomei Sianturi (paling kanan) dalam konferensi pers video viral penganiayaan warga Papua oleh anggota TNI di Subden Mabes TNI, Jakarta Pusat, pada Senin, 25 Maret 2024. Tempo/Yohanes Maharso
Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.


Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

31 hari lalu

Ilustrasi TNI. dok.TEMPO
Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

Komnas HAM Papua menyebut korban kekerasan yang diduga dilakukan anggota TNI dari Yonif Raider 300/Brajawijaya telah meninggal dunia di Ilaga,


Terus Berulang, Organisasi Masyarakat Sipil Kecam Penganiayaan terhadap Warga Papua oleh Anggota TNI

31 hari lalu

Ilustrasi penganiayaan. siascarr.com
Terus Berulang, Organisasi Masyarakat Sipil Kecam Penganiayaan terhadap Warga Papua oleh Anggota TNI

Anggota TNI kembali melakukan penganiayaan terhadap warga Papua. Begini kata organisasi masyarakat sipil.


Sebby Sambom Sebut Warga yang Dianiaya Prajurit TNI Bukan Anggota TPNPB-OPM

31 hari lalu

Sebby Sambom. phaul-heger.blogspot.com
Sebby Sambom Sebut Warga yang Dianiaya Prajurit TNI Bukan Anggota TPNPB-OPM

Juru Bicara TPNBP-OBM, Sebby Sambom, membantah soal dugaan korban atau warga yang disiksa prajurit TNI merupakan anggotanya.