TEMPO.CO, Jenewa – Menteri Dalam Negeri Iran, Abdolreza Rahmani Fazli, mengatakan ada ratusan kantor bank dan pemerintah yang terbakar pada kerusuhan pasca pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM.
Kantor berita Iran IRNA melansir jumlah kantor bank yang terbakar mencapai 731 kantor dan 140 kantor pemerintah.
Lebih dari 50 kantor petugas keamanan diserang dan 70 stasiun pengisian BBM atau SPBU juga terbakar.
“Sekitar 200 ribu orang ikut serta dalam demonstrasi nasional yang dimulai pada 15 November 2019 pasca pengumuman kenaikan harga BBM,” kata Fazli seperti dilansir IRNA dan dikutip Reuters pada Rabu, 27 November 2019.
Menurut lembaga advokasi HAM internasional yaitu Amnesty International, ada 143 demonstran yang tewas ditembak petugas keamanan.
Ini membuat protes kenaikan harga BBM ini menjadi demonstrasi terparah kedua setelah pemerintah meredam Green Revolution terkait dugaan kecurangan pemilu pada 2009.
Pemerintah Iran telah menolak angka kematian versi Amnesty International itu. Menurut pemerintah, masyarakat dan petugas keamanan tewas dalam unjuk rasa itu. Sekitar seribu orang telah ditahan.
Lembaga Center for Human Rights di Iran, sebuah kelompok advokasi berbasis di New York, mengatakan jumlah warga yang ditahan pasca kerusuhan mencapai sekitar 4 ribu orang.
Unjuk rasa kenaikan harga itu berubah menjadi desakan kepada pejabat tinggi pemerintah untuk turun. Pemerintah Iran menyalahkan kerusuhan itu kepada para preman yang terkait dengan eksil di Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi, yang dituding menggerakkan kerusuhan.
Demonstrasi ini terjadi pasca pengenaan sanksi oleh AS terhadap program nuklir Iran. Sanksi ini membuat Teheran nyaris tidak bisa mengekspor minyak mentah, yang merupakan sumber pendapatannya.
Pada saat yang sama, sejumlah negara yang memiliki faksi dengan kedekatan hubungan politik dan militer dengan Iran juga mengalami demonstrasi massal seperti Lebanon, dan Irak.
Soal ini, media Israel yaitu Haaretz melansir dua pekan pasca munculnya demonstrasi, pemerintah Iran dinilai berhasil mengendalikan situasi. Ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan intelijen Barat dan Israel.
Haaretz juga melansir ada korban jiwa sekitar 300 orang, yang merupakan demonstrasi terkuat sejak rezim mullah berkuasa pada 1979.
Intelijen israel meyakini otoritas menggunakan kekuatan brutal dan teknologi canggih untuk meredam kerusuhan ini. Ini dilakukan dengan melakukan penangkapan besar-besaran terhadap para pengunjuk rasa.
Rezim Iran juga disebut memblokir nyaris seluruh koneksi ke Internet sehingga masyarakat tidak bisa mengakses informasi. Pemblokiran jalur internet ini diperkirakan sudah direncanakan sebagai salah satu cara menangani krisis.