TEMPO.CO, Jakarta - Pengunjuk rasa di Iran mendesak Twitter untuk melarang semua akun milik Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei setelah pemerintah menutup sepenuhnya akses internet.
Tagar #TwitterBanKhamenei dengan cepat menyebar di antara para pengunjuk rasa yang memprotes kenaikan harga minyak.
Amarah pengunjuk rasa memuncak ketika saat internet di seluruh negeri tidak aktif sehingga mereka tidak dapat berkomunikasi dengan teman-teman dan anggota keluarga mereka, Ali Khamenei menggunakan Twitter pada hari Minggu, 17 November 2019 untuk memberikan dukungan terhadap keputusan pemerintah menaikkan harga minyak.
I invite all activists to call on @Twitter to ban supreme leader of Islamic Republic @khamenei_ir until Internet access is restored. Without it we cannot monitor human rights violations. #TwitterBanKhamenei https://t.co/S86jlOmdZb
— Masih Alinejad (@AlinejadMasih) November 17, 2019
Jurnalis terkemukan Iran dan aktivis hak perempuan Masih Alinejad menyerukan para aktivis untuk menuntut Twitter melarang akun Ali Khamenei dengan membuat tagar #TwitterBanKhamenei hingga akses internet dipulihkan.
"Saya mengundang semua aktivis untuk menyerukan ke @ Twitter untuk melarang pemimpin tertinggi Repulbik Islam @khamenei_ir hingga akses internet dipulihkan. Tanpa itu kami tidka dapat memantau kekerasan HAM.#TwitterBanKhamenei," cuit Masih Alinejad, seperti dilaporkan Al Arabiya.
Sejak pemerintah Iran mengumumkan kenaikan harga minyak hingga 50 persen akhir pekan lalu, unjuk rasa pecah di 53 kota di negara itu.