TEMPO.CO, La Paz – Bentrok massa terjadi antara kelompok pendukung dan oposisi pemerintah Bolivia pada Kamis malam, 7 November 2019.
Bentrok ini terjadi seiring pemimpin oposisi mencoba menekan Presiden Evo Morales untuk mundur pasca sengketa pemilu yang berlangsung Oktober 2019.
Luis Fernando Camacho, salah satu tokoh oposisi, terlihat turun ke jalan di ibu kota La Paz mendesak agar Morales segera mundur.
Dia membawa draf surat pengunduran diri Morales dan bertekad menyerahkannya langsung ke istana Presiden.
“Kita akan mengirim surat ini secara bersama. Surat ini bukan hanya dari Santa Cruz, ini dari seluruh rakyat Bolivia dan akan disetujui semua orang Bolivia karena kita semua ingin membangun negara demokrasi dan bebas,” kata Camacho saat berorasi seperti dilansir Reuters pada Kamis, 7 November 2019.
Camacho belum menjelaskan kapan surat itu bakal dikirimkan. Namun, pejabat pemerintah menganggap surat itu tidak penting dan akan dianggap sama seperti petisi lainnya.
Pemerintah juga mengecam aksi jalanan yang menimbulkan kerusuhan dengan sejumlah orang terluka serta satu orang tewas pada Rabu. Total tiga orang tewas dalam demonstrasi yang telah berlangsung selama beberapa pekan ini.
Surat Camacho itu menimbulkan kemarahan bagi massa pendukung pemerintah. Sebaliknya, massa oposisi semakin bertekad untuk melawan.
Puluhan ribu orang turun ke jalan pada Kamis malam dan terlibat bentrok antara massa pendukung dan anti-pemerintah di La Paz.
Di kota lain, unjuk rasa juga terjadi. Seorang pejabat wali kota ditangkap massa dan rambutnya dipotong paksa. Massa lalu melumuri pejabat ini dengan cat merah.
Morales menyalahkan kelompok oposisi yang dinilai sengaja memicu terjadinya tindak kekerasan dan kerusuhan. Dia mencoba menggalang dukungan di basisnya di area pedesaan di Cochabamba.
Secara terpisah, Wakil Presiden Alvaro Garcia menyerukan kepada Camacho dan salah satu rival kandidat Pilpres Carlos Mesa agar menghentikan tindak kekerasan dan menunggu hasil investigasi.
Saat ini, pemerintah Bolivia telah menunjuk sebuah lembaga independen Organization of American States atau OSA melakukan investigasi soal tudingan terjadinya kecurangan pemilu. Proses penghitungan suara sempat terhenti selama 24 jam, dan dilanjutkan dengan jumlah suara Morales meningkat drastis.