TEMPO.CO, Jakarta - Sekarang banyak orang kaya Belanda yang mengubah puing kapal menjadi rumah yang nyaman dengan desain kreatif mereka sendiri. Rumah-rumah kapal tersebut terlihat mengapung di kanal Amsterdam.
Setelah bertahun-tahun melayani sebagai tempat yang relatif murah untuk tinggal di kota yang mahal, rumah kapal Amsterdam, telah menjadi populer dan mahal, dengan harga meningkat 30 hingga 40 persen selama lima tahun terakhir saja, menurut Jon Kok , salah satu agen real estat rumah perahu paling terkenal di kota.
Karen Bosma, 62 tahun, pertama kali memindahkan kapalnya ke Bornekoade, Amsterdam timur laut pada 1999 untuk tinggal bersama keluarganya di Distel, sebuah kapal barang tahun 1912 dengan panjang 25 meter.
Kapal yang sudah terlepas dari mesin, tangki bahan bakar, ruang kargo dan hanya memiliki lambung kapal, ruang kemudi serta jendela bertirai ini telah menjadi salah satu ikon Amsterdam.
"Itu harus terlihat seperti kapal di luar dan rumah di dalam," kata Gijs Haverkate, 53 tahun, yang juga memutuskan menciptakan rumah kapal untuk tinggal bersama keluarganya.
Di ibu kota Belanda, rumah kapal mulai dilirik pasar kelas atas. Pemilik baru kaya dan cerdas, tertarik pada kenyamanan dan daur ulang puing.[Ilvy Njiokiktjien/The New York Times]
Rumah kapal di ibu kota negara kincir angin telah naik kelas dengan harga meningkat 30 hingga 40 persen dalam lima tahun terakhir menurut salah satu agen real estat rumah kapal paling terkenal di kota itu.
Setiap pemilik kapal baru yang kaya dan kreatif berusaha untuk menciptakan desain-desain baru guna meningkatkan kenyamanan. Bagian kenaikan harga juga dipicu oleh nilai dari tempat berlabuh kapal.
Menurut laporan New York Times, 6 November 2019, tempat berlabuh kanal khas Amsterdam bisa bernilai US$ 500 ribu atau Rp 7 miliar, tergantung lokasi dan besar kapal. Beberapa kapal lama yang tidak dimodifikasi di tempat yang sama bernilai US$ 20 ribu atau Rp 280 juta.
Setelah dihuni oleh kapal-kapal saat ini, kanal tersebut memiliki semakin banyak rumah apung yang dirancang menyerupai kapal tetapi hampir tidak memiliki fitur operasional kapal di dalamnya.
Tren ini membawa keuntungan dan kerugian. Rumah kapal ini bisa terisolasi jauh lebih baik daripada perahu biasa dengan konstruksi baru yang memungkinkan penggunaan ruang lebih efisien.
"Saya pikir ini (rumah kapal) adalah hal yang harus dilakukan sekarang, hanya saja tidak semua orang melihatnya seperti itu," kata Jochem Bakker, anggota dewan asosiasi rumah kapal utama Amsterdam.
Namun, hingga saat ini beberapa telah memilih tinggal dan memodifikasi kapal sebagai tempat hunian yang nyaman sesuai dengan kreasi mereka, karena banyak pemilik rumah menggunakan dana pribadi dalam proses modifikasi.
Bersantai di geladak kapal B18, sepanjang 40 meter dengan tinggi dua setengah lantai dan luas interior lebih dari 278 meter perseg.[Ilvy Njiokiktjien/The New York Times]
Juul Steyn, 42 tahun, kini tinggal di kapal amunisi Perang Dunia II selama enam tahun sambil mengelola situs web BookaHouseboat.com sebagai tempat khusus bagi orang Amsterdam menyewa sebagian dari rumah kapal mereka.
Rumah kapal AM 58 milik Bob van Wely sepanjang 35 meter dimodifikasi untuk menampung keluarga- keluarga modern. Van Wely seorang arsitek yang sebelumnya memiliki rumah di Amsterdam memilih untuk hidup di rumah kapal, begitu juga Sander Ruttin dan keluarganya yang hampir bangkrut ketika memodifikasi rumah kapal Coaster Mado dengan panjang 34 meter.
Hasilnya adalah rumah keluarga yang indah dan terlihat seperti kapal barang tua. Ruang makan dan ruang tamu terbuka terhubung ke geladak. Kamar-kamar di rumah kapal ini luas dan terang.
Kapal yang sudah berada di kanal memiliki lisensi untuk berlabuh secara permanen yang dijual bersama kapal seperti halnya rumah. Sebuah kapal baru dapat dipindahkan jika seseorang dengan kapal yang ada, memutuskan untuk merenovasi atau memindahkan "akta air" ke kapal baru dan membuang kapal tua, atau menjualnya untuk digunakan di luar sistem kanal Amsterdam.
KANIA SUKU | NEW YORK TIMES