TEMPO.CO, Santiago – Presiden Cile, Sebastian Pinera, mengatakan akan menemui pemimpin oposisi untuk membentuk kesepakatan kontrak sosial baru untuk mengatasi kesenjangan ekonomi.
Pinera mengatakani ini pada Senin malam setelah ribuan warga mengabaikan ketentuan jam malam yang diberlakukan pemerintah dengan menggelar pawai protes di bu kota Santiago.
“Jika terkadang saya telah bicara keras, itu karena saya merasa marah melihat kerusakan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh tindak kekerasan ini,” kata dia, 69 tahun, yang merupakan pengusaha kaya dari kalangan konservatif seperti dilansir Reuters pada Senin, 21 Oktober 2019.
Ribuan warga Cile turun ke jalan di lapangan kota di Santiago pada Senin memprotes naiknya harga-harga barang kebutuhan warga. Ini terjadi setelah selama sepekan sebelumnya warga terlibat aksi penjarahan, pembakaran properti, dan bentrok dengna aparat keamanan yang menewaskan 11 orang.
Krisis politik dan ekonomi ini dipicu kenaikan harga tiket kereta api, yang menjadi sarana transportasi massal utama di Cile. Biaya pendidikan, layanan kesehatan, dan sistem pensiun juga dinilai warga bermasalah.
Para demonstran berada di jalan-jalan hingga pukul delapan malam saat jam malam mulai diberlakukan dan tentara mulai membubarkan massa.
Tentara menggunakan water cannon, gas air mata dan ajakan verbal meminta warga membubarkan diri.
Pinera menyebut kerusakan kali ini disebabkan sekelompok kecil pelaku vandalisme. Sejumlah supermarket, toko, dan unit usaha mengalami kerusakan, yang membutuhkan biaya rekonstruksi ratusan juta dolar.
“Kita tidak hanya memperbaiki kerusakan fisik tapi juga moral akibat tindakan kekerasan yang merusak tubuh dan jiwa negara kita,” kata Presiden Cile ini.