TEMPO.CO, Ras al Ain - Pasukan Demokratik Suriah atau SDF dari etnis Kurdi mengatakan telah menarik diri dari Kota Ras al Ain, yang terletak di Kota Suriah utara, pada Ahad 20 Oktober 2019.
Ini berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang diperantarai pemerintah Amerika Serikat.
Kota Ras al Ain merupakan satu dari dua kota di perbatasan Turki dan Suriah, yang menjadi sasaran operasi militer Turki.
Ankara mengerahkan militer untuk membentuk zona aman 30 kilometer di sepanjang perbatasan dengan Suriah.
Namun, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengancam akan memulai serangan militer saat waktu gencatan senjata berakhir pada Selasa pekan ini.
“Kami tidak memiliki lagi pasukan di kota itu,” kata Kino Gabriel, juru bicara pasukan SDF, menunjuk Kota Ras al Ain, seperti dilansir Reuters pada Ahad, 20 Oktober 2019.
Gabriel mengatakan ini setelah Ankara mengatakan belasan kendaraan masuk dan keluar dari Ras al Ain, yang telah terkepung pasukan Turki dan milisi pro-Ankara yaitu Free Syrian Army, sepanjang akhir pekan ini.
Juru bicara FSA, Mayor Youssed Hamoud, mengatakan pasukan SDF belum sepenuhnya keluar dari Ras al Ain.
Berdasarkan kesepakatan antara Presiden, Tayyip Erdogan dan Wakil Presiden AS, Mike Pence, Turki menggantikan serangan pada Kamis malam selama lima hari.
Serangan dilancarkan Turki seusai Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penarikan pasukan dari Suriah Timur Laut. Keputusan ini dikritik di Washington dan sejumlah kalangan sebagai pengkhianatan terhadap sekutu Kurdi, yang berperang melawan milisi teroris ISIS selama bertahun-tahun.
Trump saat ini condong mendukung rencana militer baru untuk menjaga sekitar 200 tentara AS di Suriah Timur dekat perbatasan Irak. Gedung putih belum berkomentar soal ini.
Ankara berusaha membuat zona aman di Suriah utara karena menganggap YPG dianggap sebagai kelompok teroris. Presiden AS menciptakan kekosongan yang diinginkan Rusia yang kemudian diisi oleh pasukan Suriah dan Rusia atas undangan otoritas Kurdi di perbatasan Manbij dan Kobani, pekan lalu.