TEMPO.CO, Jakarta - Rihanna menyebut Presiden Donald Trump kemungkinan manusia yang paling menderita sakit jiwa di Amerika sehubungan dengan sikapnya mengenai hak kepemilikan senjata, imigran, dan rasisme.
Penyanyi asal Barbados, 31 tahun, mengatakan Trump sebagai manusia paling sakit jiwa di AS saat wawancara dengan Vogue yang diterbitkan pada Rabu lalu.
"Manusia dibunuh oleh senjata perang yang mereka jual secara legal. Ini tidak normal. Hal itu seharusnya tidak pernah akan normal. Dan faktanya bahwa hal ini diklasifikasi sebagai sesuatu yang berbeda karena warna kulit? Ini menampar wajahmu. Ini sungguh rasis," ujar Rihana sebagaimana dilaporkan Asia One, 11 Oktober 2019.
"Manusia paling sakit jiwa di Amerika adalah yang sekarang sebagai presiden," ujar Rihanna, penyanyi perempuan paling kaya di dunia.
Rihanna merespons peristiwa penembakan mematikan di kita El Paso dan Dayton pada Agustus lalu yang dilatari rasime dan kebencian pada imigran.
Baca Juga:
Ini bukan pertama kali Rihanna melontarkan pernyataan pedas tentang Trump. Awal tahun ini, Rihanna mencabut kesepakatan lisensi entitas politik yang mengizinkan presiden AS melantunkan lagu hasil karyanya saat kampanye.
Rihanna juga telah menggunakan media sosial secara masif untuk mendesak rakyat AS memberikan suara dalam pemilu 2020 di mana Donald Trump memutuskan maju sebagai calon presiden untuk kedua kalinya. Jumlah pengikut Rihanna di Instagram mencapai 75,9 juta pengikut.