TEMPO.CO, Jakarta - Empat anggota Senat dari Partai Demokrat sangat yakin pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kemungkinan akan menarik diri dari Pakta Langit Terbuka sehingga memungkinkan jet mata-mata Amerika Serikat memasuki teritorial Rusia dan wilayah lainnya. Hal ini bisa merusak komitmen Amerika Serikat ke Ukraina jika benar terjadi.
“Menarik diri dari Pakta Langit Terbuka akan menjadi ‘kado’ dari pemerintahan Trump kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pakta Langit Terbuka adalah sebuah elemen penting bagi Amerika Serikat dan keamanan Eropa. Keputusan ini juga bisa menjadi guncangan bagi stabilitas dan keamanan Ukraina,” kata politikus Partai Demokrat di Senat Amerika Serikat bidang hubungan luar negeri dalam suratnya ke Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan Kementerian Pertahanan.
Dikutip dari reuters.com, Rabu, 9 Oktober 2019, keempat anggota Senat dan Kongres yang melontarkan peringatan itu adalah Robert Menendez dan Jack Reed dari Senat bidang hubungan luar negeri, lalu Eliot Engel dan Adam Smith dari panel bidang persenjataan.
Pakta langit terbuka ditanda-tangani pada 1992 dan diberlakukan pada 2002. Melalui pakta itu, pesawat tanpa senjata dari setiap negara yang menanda-tangani Pakta itu harus memberikan tahu ketika memasuki wilayah udara negara lain.
Tujuan dari Pakta Langit Terbuka adalah untuk meningkatkan transparansi dan membangun kepercayaan diri antar negara yang menjadi bagian dari Pakta itu. Diantara negara yang menandatangani Pakta Langit Terbuka adalah Amerika Serikat, Rusia dan Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat belum mau berkomentar soal peringatan dari anggota Senat Partai Demokrat itu. Hal serupa juga dilakukan oleh Pentagon.
Sejumlah ahli dan pejabat pemerintahan dari negara lain sangat yakin Pakta Langit Terbuka memiliki manfaat tak terhingga, khususnya menyusul adanya tuduhan pelanggaran yang dilakukan Moskow. Rusia diduga telah melarang pesawat-pesawat pengawas terbang di langit Kaliningrad, yakni sebuah wilayah Rusia di Laut Baltik antara Polandia dan Lithuania. Moskow juga dituding melarang pesawat melintas di wilayah yang dipersengketakan antara Rusia dan Georgia.