TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pelajar Amerika Serikat berusia 18 tahun kecanduan rokok elektronik atau vape beraroma selama 1,5 tahun jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit akhir Agustus lalu. Dia sekarang hidup dengan paru-paru seperti orang berusia 70 tahun.
"Sangat menakutkan untuk memikirkan hal itu, benda kecil itu membuat paru=paru saya begini," kata Adam Hergenreder, pelajar atlit berusia 18 tahun, seperti dilaporkan CNN, 12 September 2019.
Adam yang bersekolah di Gurnee, Illinois merupakan satu dari ratusan pemakai e-rokok di Amerika Serikat. Mereka, sebagian besar berusia muda, menderita penyakit misterius di bagian paru.
Menanggapi dampak dari e-rokok, pemerintahan Trump berencana mengbapus e-rokok beraroma kecuali beraroma tembakau dari pasar.
Badan pengawasan makanan dan minuman AS, FDA, dua hari lalu mengumumkan data awal dari Survei National Youth Tobacco bahwa lebih dari seperempat jumlah siswa SMA tahun ini dilaporkan menggunakan e-rokok dan mayoritas menggunakan e-rokok beraroma buah, mentol, dan mint.
Penyelidikan dampak dari e-rokok ini juga dilakukan di beberapa negara bagian AS.
Pejabat New York pekan lalu mengatakan tingginya level zat kimia vitamin E asetat di hampir seluruh produk ganja di vape. Vitamin E asetat ini ditemukan di sampel ganja yang diteliti. Vitamin E asetat ini juga ditemukan dalam vape beraroma permen.