TEMPO.CO, Jakarta - Jutawan dan pengusaha paling berpengaruh di Mesir dan sekutu mantan Presiden Hosni Mubarak, Hussein Salem, 85 tahun, meninggal di Spanyol pada Selasa, 13 Agustus 2019, waktu setempat. Kematian Salem disampaikan oleh keponakan Salem.
Dikutip dari reuters.com, Rabu, 14 Agustus 2019, Salem ditahan pada 2011 di Spanyol di bawah sebuah jaminan internasional setelah dia melarikan diri 18 hari sejak meletupnya gelombang unjuk rasa menggulingkan pemerintahan Mubarak yang berkuasa di Mesir selama 30 tahun.
Sebuah pengadilan di Mesir pada 2011 memvonis Salem dalam sebuah persidangan in absensia penjara tujuh tahun dan denda lebih dari US$ 4 miliar atau Rp 56,9 miliar. Hukuman itu dijatuhkan atas tuduhan Salem telah melakukan pencucian uang dan mancatut.
Diantara pundi-pundi kekayaan Salem adalah salah satu pemilik Perusahaan Gas Mediterania Timur, Ketua dan CEO HKS Group, yakni sebuah perusahaan bidang hospitality yang mengoperasikan resot mewah.
Salem memiliki dua kewarganegaraan, yakni Mesir dan Spanyol. Pada 2016, dia dihadapkan pada sebuah kesepakatan yang memungkinkan dia dan keluarganya pulang ke Mesir tanpa menghadapi persidangan dengan imbalan menyerahkan 75 persen kekayaan keluarga itu.
Kesepakatan itu bagian dari sebuah upaya rekonsiliasi dengan Salem yang dikenal sebagai seorang pengusaha kaya raya di Mesir. Salem melarikan diri dari Mesir diduga untuk menghindari tuntutan hukum atas dugaan tindak kejahatan korupsi. Tuntutan terhadapnya terjadi setelah gelombang unjuk rasa menggulingkan Mubarak meletup.
Situs egypttoday.com mewartakan sumber di keluarga Salem mengatakan dia meninggal setelah bertahun-tahun berjuang melawan sebuah penyakit serius di ibu kota Madrid, Spanyol. Sebelum wafat, Salem meminta agar dimakamkan di dekat cucunya di Spanyol, bukan di Mesir. Tanggal pemakaman akan ditentukan kemudian.