TEMPO.CO, Singapura – Perompak menyerang sebuah kapal kargo berbendera Korea Selatan di dekat Selat Singapura pada Senin pagi, 22 Juli 2019.
Para pelaku menyerang kru kapal dan melarikan ribuan uang dolar seperti dilansir kantor berita Yonhap.
Kantor Kementerian Laut dan Perikanan Korea Selatan mengatakan dua orang terluka ketika tujuh bajak laut menaiki kapal CK Bluebell.
Para perompak melarikan uang tunai sebanyak US$13 ribu atau sekitar Rp181 juta. Pelaku juga mencuri telpon genggam, pakaian, dan sepatu milik 22 kru kapal CK Bluebell.
“Kapal kargo CK Bluebell ini berlayar dari Singapura pada Sabtu malam menuju timur yaitu pelabuhan Incheon di Korea Selatan,” begitu dilansir pusat pelacakan data kapal Refinitiv Eikon seperti dikutip Channel News Asia pada Senin, 22 Juli 2019.
Menurut pejabat Korea Selatan, kapal dan krunya tetap melanjutkan pelayaran pasca perompakan.
Aksi perompakan telah turun di jalur laut yang melewati Singapura, Malaysia, dan Indonesia dalam beberapa tahun karena ketatnya penjagaan oleh petugas patroli laut.
Pemerintah Korea Selatan mengatakan tidak ada informasi mengenai ancaman serius terhadap kapal yang berlayar di Selat Malaka dan Singapura selama ini.
Namun, pemerintah Cina pernah menaikkan status peringatan keamanan tertinggi ketika kapalnya akan melewati Selat Malaka.
Namun, pemerintah Cina tidak menjelaskan alasan menaikkan status kewaspadaan ini.
Pada Mei 2019, Menteri Pertahanan Ng Eng Hen, memperingatkan munculnya ancaman pembajakan dan terorisme terhadap keamanan maritim.
Angka kriminalitas di Selat Malaka turun dari 20 pada 2007 menjadi delapan pada 2019. Namun, dia mengatakan petugas perlu mengamankan lebih ketat perairan ini.
Menteri Ng dari Singapura juga mengatakan para ahli memperkirakan senjata yang digunakan para militan selama kerusuhan di Marawi, Filipina, berasal dari pasokan di laut.
Kelompok teroris lainnya seperti Abu Sayyaf, yang diduga terkait dengan kelompok teroris ISIS, juga kerap menculik kru kapal yang melewati jalur Laut Sulu – Celebes dan perairan lepas pantai Sabah timur untuk meminta uang tebusan. Pemerintah Singapura mengirim pasukan patroli laut untuk mengamankan daerahnya maritimnya dari bajak laut.