TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Italia menahan 18 terduga yang dituding telah mencuci otak anak-anak agar mereka berfikir orang tua mereka yang miskin telah menyiksa mereka sehingga anak-anak itu bisa dijual ke orang tua angkat. Diantara para terduga itu adalah walikota, dokter dan relawan.
Dikutip dari asiaone.com, Jumat, 28 Juni 2019, Kepolisian wilayah utara kota Reggio Emilia menjelaskan setelah investigasi dilakukan pada 2018 terungkap adanya dugaan jaring komplotan kejahatan yang menggunakan pengejut listrik untuk membuat anak-anak sangat yakin mereka telah mengalami kekerasan seksual.
Komplotan kejahatan itu menjual anak-anak tersebut pada keluarga angkat. Kepolisian membongkar sebuah gudang dan menemukan tumpukan kado dan surat-surat dari para orang kandung anak-anak tersebut yang miskin untuk anak mereka.
"Para terduga ini sudah mengkonfirmasi tindak kejahatan mereka yang menakutkan dan mengejutkan," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, di KTT G20, Jepang.
Baca juga:Cerita Pelaku Penculikan Anak Balita Blusukan Pasar dan Stasiun
Ilustrasi orang tua dan anak (pixabay.com)
Baca juga:Pelaku Penculikan Anak Balita di Bekasi Ditangkap, Ini Motifnya
Diantara para terduga itu adalah sejumlah psikoterapis yang bekerja untuk jaring kemanusiaan di kota Moncalieri, Turin, Italia. Terlibat pula, walikota Bibbiano.
Untuk mencuci otak anak-anak tersebut, para terduga itu membuat gambar seperti anak kecil dengan konotasi seksual dan menggunakan terapi kejut listrik sebagai "mesin memori kecil" untuk menciptakan ingatan pelecehan palsu. Para terapis dalam komplotan itu juga diduga berpakaian seperti karakter tokoh jahat di cerita anak-anak saat berhadapan dengan anak-anak itu.
Surat kabar La Repubblica dalam laporannya menulis investigasi ini memiliki nama sandi 'malaikat dan setan'. Investigasi mengungkap skema sistem jaring sosial bagi kesejahteraan anak-anak di bawah umur telah disalah gunakan menjadi bisnis ilegal yang merugikan anak-anak.
Sedangkan surat kabar Corriere della Sera menulis para penyidik menemukan anggota komplotan yang telah dibekuk membawa anak-anak dari keluarga - keluarga miskin. Anak-anak itu lalu diserahkan ke keluarga angkat dengan imbalan uang. Beberapa orang tua angkat ada yang dituding telah melakukan kekerasan seksual pada anak-anak itu yang mereka 'beli' dengan uang.
Kepolisian masih merahasiakan berapa jumlah anak-anak yang menjadi korban dalam kasus ini dan berapa saja rentan usia mereka. Polisi juga belum mau membocorkan berapa banyak uang dalam transaksi ilegal ini.