TEMPO.CO, Beijing – Pemerintah Cina mendesak semua pihak di Timur Tengah untuk menahan diri.
Seruan ini dilakukan menyusul meningkatnya keprihatinan dunia internasional terkait persetujuan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk serangan militer terhadap Iran pasca penembakan pesawat drone.
Baca juga: Iran Tembak Jatuh Drone Militer AS, Ini Reaksi Presiden Trump
Media New York Times melaporkan pada Kamis malam Trump telah memerintahkan serangan kepada target-target di Iran sebagai retaliasi atas penembakan drone militer AS.
Tapi Trump tiba-tiba mengubah pikirannya dan membatalkan perintah itu.
“Kami telah berulang kali meminta semua pihak untuk tetap rasional dan melakukan pengendalian diri dan menahan diri dari tindakan yang bisa memicu eskalasi dan tidak membuka kotak pandora,” kata Lu Kang, juru bicara kementerian Luar Negeri Cina, seperti dilansir South China Morning Post pada Jumat, 21 Juni 2019.
Baca juga: Angkatan Laut Amerika Temukan Serpihan Ranjau, Diduga Milik Iran
Beijing meminta warganya yang berada di Iran untuk bersikap lebih hati-hati saat ini. Menurut Lu Kang, situasi di Timur Tengah saat ini sangat kompleks dan sangat sensitif.
Lu Kang juga mengatakan Beijing meminta pelaksanaan penuh dan efektif Perjanjian Nuklir Iran 2015. Trump memutuskan menarik AS keluar dari perjanjian ini pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran.
Ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat drastis pasca serangan terhadap dua kapal tanker di Teluk Oman, yang terletak dekat Selat Hormuz.
Baca juga: Iran Sebut AS Bohong Drone Ditembak di Perairan Internasional
AS menyalahkan militer Iran atas serangan itu dan mengirimkan tambahan 1000 pasukan.
Iran membantah tudingan AS ini dan mengatakan ada upaya untuk meningkatkan konflik.
Konflik AS dan Iran meningkat pasca penembakan pesawat drone Global Hawk, yang disebut Trump sebagai kesalahan sangat besar.
Baca juga: Presiden Donald Trump Mendadak Urungkan Niat Serang Iran
Menurut New York Times, Trump sempat memerintahkan serangan pada target seperti jaringan radar, dan baterai milik militer Iran. Namun, Trump membatalkan misi ini.