TEMPO.CO, Caracas – Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengklaim negaranya menjadi sasaran uji coba berbagai jenis senjata baru.
Baca:
Ini seperti senjata siber, senjata elektromagnetik, dan strategi perang baru.
“Ini ditujukan untuk merusak layanan vital publik meski bukan sebuah bentuk invasi langsung atau pengeboman rudal,” kata Maduro seperti dilansir Sputnik News pada Kamis, 4 Maret 2019.
Maduro menuding Amerika Serikat mencoba menciptakan gangguan stablitas keamanan di negaranya lewat sabotase. Pada saat yang sama, AS mendukung kelompok oposisi anti-pemerintah, yang disebut Maduro sebagai kelompok kriminal terburuk dalam 20 tahun.
Venezuela mengalami listrik padam massal pada awal Maret 2019, yang dialami 21 dari 23 negara bagian. Perusahaan listrik negara Corpoelec mengatakan insiden ini terjadi karena adanya sabotase di pembangkit listrik ternaga air Guri.
Baca:
Pembangkit listrik yang sama kembali padam menjelang akhir Maret dan berdampak pada sejumlah negara bagian dan layanan publik seperti kereta listrik.
Maduro menuding kelompok oposisi sebagai kriminal yang mencoba menyerang unit militer dari pasukan Bolivaria dan mencoba membunuhnya.
“Saya tahu mengenai rencana kriminal dari oposisi dan mengenai plot mereka untuk membunuh saya,” kata Maduro.
Presiden dari Partai Sosialis ini mengatakan telah menyiagakan semua unit militer di negara dan memaksimalkan aktivitas intelijen dan kontra-intelijen.
Baca:
Dia mendesak kelompok milisi lokal untuk bergabung bersama organisasi pro pemerintah yang disebut bernama Colectivos untuk menjaga perdamaian di negara.
Maduro menargetkan peningkatan jumlah milisi dari 2.1 juta menjadi 3 juta. Menurut dia, ini sejalan dengan rencana bekas Presiden Hugo Chavez, yang ingin memiliki milisi yang kuat untuk menjaga keamanan negara.
Secara terpisah, seperti dilansir Reuters, Uni Eropa mengecam rencana untuk mengadili pemimpin oposisi Juan Guaido, yang dinobatkan negara Barat sebagai pengganti Maduro.
Baca:
Keputusan untuk mengadili Guaido dilakukan oleh Majelis Konstituen atau Constituent Assembly. “Keputusan ini merupakan pelanggaran serius terhadap konstitusi Venezuela, kedaulatan hukum dan pemisahan kekuasaan,” begitu pernyataan dari UE.