TEMPO.CO, Jakarta - Cina untuk pertama kali melakukan pemilihan uskup gereja Katolik dengan persetujuan Vatikan sesuai kesepakatan Sino-Vatican yang ditandatangani pada September tahun lalu.
Dengan kesepakatan ini, Cina secara resmi mengakhiri penunjukan uskup tanpa persetujuan Vatikan. Kesepakatan ini juga sebagai pengakuan Cina untuk pertama kali terhadap Paus sebagai Kepala Gereja Katolik sedunia.
Baca: Vatikan - Cina Sepakati Mekanisme Penunjukan Uskup Bersama
Mengutip laporan South China Morning Post, Jumat, 29 Maret 2019, Keuskupan Wumeng atau yang dikenal sebagai Jining, di provinsi otonomi khusus Inner Mongolia sedang memfinalisasi proses pemilihan kandidat uskup untuk diproses oleh Paus Fransiskus.
Saat ini, lebih dari setengah dari 97 keuskupan tidak memiliki uskup. Kesepakatan Cina-Vatican menjadikan masalah pengisian lowongan uskup sebagai prioritas.
Baca: Hubungan Cina-Vatikan Membaik, Taiwan Was-was
Sebelum kesepakatan ini dibuat Gereja Katolik di Cina terbelah selama beberapa dekade. Gereja yang di bawah kendali pemerintah, maka uskup dipilih berdasarkan penunjukan pemerintah Cina. Sementara gereja bawah tanah di Cina yang setia pada Vatikan, menolak uskup atas penunjukan pemerintah Cina.
Kardinal Pietro Parolin, Menteri Luar Negeri Vatikan, mengatakan Paus dan otoritas Cina akan bersama-sama menyetujui penunjukan uskup baru.
"Apa yang dibutuhkan sekarang adalah persatuan, kepercayaan, dan dorongan baru," kata Parolin pada September 2018, menanggapi kesepakatan Cina dan Vatikan.