TEMPO.CO, Jakarta - Korban serangan kelompok teroris bersenjata di desa Mali tengah, Afrika, bertambah menjadi 157 orang.
Menurut laporan Reuters, 27 Maret 2019, serangan yang terjadi pada Sabtu kemarin dipicu pertikaian yang semakin memanas antara suku Dogon dan Fulani yang sudah memakan ratusan korban, di wilayah Sahel, di sepanjang bentangan gurun Sahara di utara dan padang rumput di selatan.
"Hitungan resmi korban jiwa berjumlah 157 orang," kata juru bicara pemerinah Amadou Kotia pada Selasa. Sabtu kemarin, pemerintah mengatakan jumlah korban mencapai 134.
Baca: Al Shabab Serbu Hotel dan Pusat Bisnis Kenya, 15 Orang Tewas
Jaksa Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC), Fatou Bensouda mengatakan, kejahatan di Mali akan diselidiki di bawah yurisdiksi ICC dan delegasinya akan dikirim ke Mali.
Misi DK PBB juga telah mengunjungi bekas wilayah jajahan Prancis tersebut untuk mencari solusi atas konflik dua suku.
Menurut pejabat pemerintahan setempat di desa tetangga, pada Sabtu kemarin sekelompok pria besenjata dengan pakaian tradisional Dogon menyerang desa yang didiami oleh suku Fulani, suku semi-nomadik yang mayoritas Muslim. Dogon menuding Fulani menyembunyikan ekstremis Islam, namun dibantah Fulani.
Seorang wanita berdiri di depan rumah yang menjadi saksi bisu pembantaian Muslim Fulani di Desa Ogossogou, Mali, Selasa, 26 Maret 2019. Fulani merupakan kelompok etnik semi-nomadik yang sebagian besar Muslim. Malian Presidency/Handout via Reuters
Serangan ke Fulani terjadi kurang dari sepekan setelah serangan ke pos tentara yang menewaskan 23 tentara. Serangan ini kemudian diklaim oleh kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda.
Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita menanggapi serangan terhadap Fulani dengan mengganti dua jenderal dan membubarkan kelompok garis keras bernama Dan Na Amassagou, yang mayoritas beranggota suku pemburu Dogon. Namun kelompok itu membantah terlibat.
Foto: Saksi Bisu Pembantaian Muslim Fulani di Mali
Juru bicara Dan Na Amassagou, Marcelin Guingere mengatakan, serangan itu dilakukan oleh para militan pimpinan Fulani yang menyamar sebagai Dogon.
Kelompok-kelompok teror yang terkait dengan Al Qaeda dan ISIS telah mengeksploitasi persaingan etnis di Mali.