Pemerintah Korea Utara kemudian mulai mendidik generasi selanjutnya dengan pandangan anti-Amerika, di antaranya anak-anak TK menggambar potret anti Amerika, media menyebar video militer AS yang hancur terbakar. Pada 25 Juni, hari peringatan pecahnya Perang Korea, dirayakan orang-orang Korea Utara sebagai hari perjuangan melawan imperialisme AS.
Salah satu buku propaganda Korea Utara yang diperolej Vox, berjudul The US Imperialists Started the Korean War yang ditulis oleh tiga akademisi Korea Utara yang disetujui negara.
Buku ini adalah propanda lengkap tentang agresi Amerika, dengan narasi utama bahwa AS memprovokasi Perang Korea pada 1950-an sebagai bagian dari strategi yang jauh lebih luas dari dominasi global pasca-Perang Dunia II.
Seorang anak menggambar tank dan senjata selama kelas seni di Pyongyang, Korea Utara.[CNN]
Sebaliknya, bapak pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, dipuja sebagai dewa di Korea Utara dan dipuji dengan prestasi yang tak terbatas.
Yang paling menonjol adalah menciptakan ideologi panduan negara, "juche" yang berarti kemandirian, dan membebaskan Semenanjung Korea dari Pendudukan Jepang.
Karya-karya sastra dan seni juga berisikan ode yang memuja-muji Kim Il Sung.
Baca: 3 Alasan Kim Jong Un Pilih Kereta Api daripada Pesawat ke Vietnam
Contoh dari karya sastra ini adalah naskah drama "Lautan Darah". Ini dianggap sebagai karya budaya paling penting di negara itu, yang menceritakan tentang seorang petani miskin yang bergabung dalam perang melawan pendudukan Jepang. Dia terbunuh, tetapi istrinya, yang bergabung dengan perlawanan komunis, terus membantu mengalahkan Jepang.
Ideologi Juche telah ditanamkan ke dalam jiwa orang Korea Utara sejak Kim Il Sung pertama kali memperkenalkannya selama tahun 1950-an.
Karya-karya propaganda seperti "Lautan Darah" dan fakta bahwa hampir mustahil bagi rakyat Korut di dalam negeri untuk mendapatkan informasi dari dunia luar, membantu memperkuat sentimen orang Korea Utara terhadap Amerika Serikat.