Albayalde mengatakan lima orang ini adalah salah satu dari 22 orang kelompok Abu Sayyaf yang mengatur pemboman bunuh diri yang dilakukan oleh orang asing.
Albayalde mengatakan bahwa dari 22 ini, dalangnya adalah pemimpin Abu Sayyaf Hatib Hajan Sawadjaan. Kamah, sementara itu, diyakini sebagai bagian dari tim yang mengawal para pelaku bom bunuh diri.
Menurut Albayalde, plot bom dimulai pada 8 Januari, ketika Muksin dan Usman tertentu mencoba untuk merakit perangkat peledak improvisasi (IED) di Latih di kota Patikul, Sulu. Keduanya kemudian "mengabaikan" upaya itu.
Baca: Bom Gereja di Filipina, Menlu: Tunggu Identifikasi Pelaku Selesai
Empat hari kemudian pada 12 Januari, Usman dan Muksin bertemu dengan Sawadjaan, yang memberi mereka dana untuk merakit bom lagi.
Beberapa minggu kemudian pada 24 Januari, pasangan suami istri asal Asia yang tidak dikenal berlayar ke Jolo melalui perahu.
Setelah tiba, pasangan itu naik sepeda roda tiga ke pompa bensin Caltex di Barangay Tiam di mana mereka bertemu tersangka yang kini ditangkap tersangka Papong, Awag, dan Radjan. Kelompok itu kemudian pergi dengan menaiki jeepney (bus populer Filipina) yang diyakini milik Awag.
Polisi mengatakan kelompok itu terlihat dengan 5 anak laki-laki yang diyakini anak di bawah umur.
Kelompok yang naik jeepney kemudian konon bertemu Kamah, Barak, Usman dan Makrim sebelum melanjutkan ke Sitio Bastiong, Barangay Langub di Patikul, Sulu.
Di daerah berhutan sitio, pasangan itu dan para tersangka lainnya diduga berkumpul dengan tersangka dalang Sawadjaan untuk merencanakan pemboman.
Sehari sebelum pengeboman, pasangan itu pergi ke Barangay Latih di Patikul, dikawal oleh Usman, Barak, dan 9 pria tak dikenal lainnya. Pasangan itu kemudian naik jip Awag lagi, kali ini menuju Jolo.
Pada 27 Januari, seorang perempuan diduga meledakkan bom bunuh diri pertama pada pukul 8.48 pagi, kemudian suaminya meledakkan bom bunuh diri kedua di pintu masuk gereja beberapa menit kemudian.
Dugaan Keterlibatan Pihak Asing
Kepolisian sedang menunggu hasil tes DNA dua mayat tak dikenal yang ditemukan di wilayah Katedral Jolo untuk mengkonfirmasi teori mereka.
Masih ada hasil, kata Albayalde, karena sampel DNA harus dikirim ke Camp Crame di Kota Quezon untuk tes.
Baca: Senator Filipina Kecam Duterte, Pernyataan Soal Bom Tergesa-gesa
Presiden Rodrigo Duterte pertama kali mengungkapkan temuan intelijen bahwa ledakan kembar Sulu itu adalah bom bunuh diri.
Mengutip berbagai laporan intelijen, Menteri Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Eduardo Ano dan Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan para tersangka itu adalah orang Indonesia atau Yaman.
Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano mengatakan ada dugaan keterlibatan WNI bernama Abu Huda dan istrinya, yang belum diidentifikasi. Dugaan Ano merujuk pada bukti dan kesaksian. Ano juga menyatakan teror Jolo memiliki pola yang sama dengan teror di Indonesia.
Baca: Masih Investigasi, KBRI: Belum Ada Bukti WNI di Teror Bom Jolo
Menurut rilis KBRI Manila yang diterima Tempo, 5 Februari 2019, Western Mindanao Command (Westmincomd) saat ini masih melakukan investigasi dan belum menyatakan validitas pernyataan Mendagri Ano. Pihak KBRI juga menyatakan nota protes atas pernyataan Eduardo Ano sebelum hasil investigasi keluar.
Albayalde menambahkan selama briefing bahwa mereka ragu orang Filipina melakukan pemboman karena bentrok dengan "budaya" negara itu. Dia mengatakan ini kemungkinan besar akan dieksekusi oleh orang asing.
"Sudah ada (kehadiran) pelaku bom bunuh diri di negara kita. Mereka diimpor oleh ISIS. Kami tidak memilikinya di sini," kata Kepala Kepolisian Filipina, Albayalde, terkait dugaan keterlibatan orang asing dalam teror bom bunuh diri katedral Jolo.