TEMPO.CO, Karachi – Perwakilan Taliban dari Afganistan dan Amerika Serikat memulai pembicaraan formal di Qatar pada Senin, 21 Januari 2019. Taliban mengatakan kedua pihak menyepakati dua agenda.
Baca:
Taliban Serang Pelatihan Mata-mata Militer Afghanistan, 126 Tewas
“Kedua agenda itu adalah pasukan asing pimpinan AS akan mengakhiri pendudukan di Afganistan. Dan tanah Afganistan tidak akan digunakan sebagai tempat untuk mengganggu negara lain di masa depan,” kata Zabiullah Mujahid, juru bicara Taliban dalam pernyataan kepada media seperti dilansir media Tribune asal Pakistan pada Senin, 21 Januari 2019 waktu setempat.
Zabiullah mengatakan pejabat AS bertemu dengan perwakilan Emirat Islam di ibu kota Doha, Qatar. “Negosiasi akan berlanjut hingga Selasa,” kata dia.
Baca:
Upaya negosiasi dalam perundingan damai untuk mengakhiri perang 17 tahun di Afganistan mengalami kemunduran beberapa waktu terakhir. Ini terjadi karena ada perbedaan pendapat antara AS dan Taliban. AS tdak setuju dengan posisi Taliban yang ingin mengecualikan pemerintahan Afganistan dari perundingan ini.
Baca:
Menurut pemimpin senior Taliban, sejumlah kekuatan regional seperti Pakistan telah mendekati mereka. Pakistan meminta Taliban agar mau bertemu dengan delegasi AS di Islamabad. Pakistan juga meminta Taliban bersedia melibatkan pemerintah Afganistan dalam proses perdamaian. Taliban menolak permintaan ini.
Baca:
Saat perundingan ini sedang berlangsung di Qatar, seperti dilansir Reuters, pasukan Taliban menyerang markas militer Afganistan tempat pelatihan mata-mata. Serangan pada Senin, 21 Januari 2019, ini menewaskan setidaknya 126 orang dan delapan anggota pasukan komando.
Pasukan Taliban menyerang markas militer pusat pelatihan mata-mata di Provinsi Maidan Wardak pada Senin, 21 Januari 2019. Sekitar 126 orang dikabarkan tewas termasuk delapan anggota pasukan komando. Reuters
Pasukan Taliban menyerang markas National Directorate of Security di Provinsi Maidan Wardak, yang terletak di sebelah barat ibu kota Kabul. Para penyerang mengebom markas ini menggunakan mobil Humvee buatan AS, yang dipenuhi bahan peledak.
Soal serangan Taliban ini, Zabiullah mengklaim sekitar 190 orang anggota militer Afganistan tewas.