TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Asia Tenggara menghadapi tantangan keamanan laut menyusul berulangnya kasus-kasus penculikan di Perairan Sulu, Filipina.
"Keamanan Asia Tenggara dan kawasan sekitarnya merupakan kepentingan Indonesia dan semua negara ASEAN," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dalam pidato Pernyataan Pers Tahunan Menlu RI (PPTM) 2019, Rabu, 9 Januari 2019 di kantor Kementerian Luar Negeri RI, Pejambon, Jakarta.
Baca: Kementerian Luar Negeri Masih Upayakan Pembebasan 3 Sandera WNI
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menyampaikan pidato tahunan Kementerian Luar Negeri RI, Rabu, 9 Januari 2019. Sumber: Infomed/Kemlu
Baca: Kemenlu Tahu Dimana Abu Sayyaf Menahan 3 Sandera WNI
Menurut Retno, untuk merespon tantangan ini Indonesia telah menginisiasi dua mekanisme koordinasi dan kerja sama. Pertama, pengembangan kerja sama trilateral antara Indonesia-Malaysia-Filipina yang ditujukan menjaga keamanan Perairan Sulu dan sekitarnya. Kedua, Indonesia melakukan pertemuan sub-regional dalam upaya pemberantasan terorisme.
Selain dua hal tersebut, Indonesia juga mengembangkan kerja sama pembangunan dan kemanusiaan di daerah-daerah rawan konflik di kawasan. Untuk wilayah Filipina Selatan, Indonesia melakukan kerja sama pendidikan Islam guna mempromosikan pengajaran Islam yang Rahmatan lil-alamin.
Catatan Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI memperlihatkan sejak 2016 total ada 36 nelayan WNI yang menjadi korban penyanderaan kelompok radikal di Filipina. Dari jumlah tersebut, 33 orang sudah dibebaskan, dan 3 lagi masih dalam penyanderaan. Mereka diculik saat melewati perairan laut Filipina dan Malaysia.