TEMPO.CO, Jakarta - Martin Griffiths, Utusan khusus PBB untuk Yaman, tiba di kota pelabuhan Hodeidah, Jumat, 24 November 2018. Kedatangan Griffiths itu untuk mendiskusikan sejumlah rencana dengan kelompok pemberontak Houthi, diantaranya upaya memulai perundingan damai.
"Saya disini untuk mengatakan pada Anda semua bahwa kami telah sepakat kalau PBB harus mulai secara aktif membuat pencapaian dan mendesak dilakukannya negosiasi secara rinci bagi terwujudnya peran PBB di kota Hodeidah dan secara luas," kata Griffiths.
Baca: 85 Ribu Balita Tewas Didera Kelaparan Parah di Yaman
Griffiths rencananya akan memulai misi pembicaraan damai di Yaman dengan pemberontak Houthi di kota Sanaa pada Rabu, 27 November 2018. Diskusi diantaranya akan memfokuskan pada bagaimana PBB berkontribusi dalam menjaga perdamaian di Hodeidah.
Dikutip dari aljazeera.com, Sabtu, 24 November 2018, Griffiths mendesak seluruh pihak-pihak di Yaman agar menjaga perdamaian di Hodeidah. Sebab perhatian dunia saat ini harusnya ke Hodeidah.
Baca: Perang Yaman: Belum Ada Tanda Berakhir
Sebelumnya pada Jumat, 23 November 2018, Juru bicara PBB, Rheal LeBlanc, mengatakan dunia siap untuk memainkan sebuah peran superior dalam mengelola Hodeidah, sebuah kota pelabuhaan strategis di Yaman. Sebelum perang meletup, pelabuhan Hodeidah mengelola lebih dari 70 persen impor Yaman. Perang Yaman terjadi pada Maret 2015.
Kepala Pemberontak Houthi, Abdel-Malik al-Houthi, pada awal tahun mengatakan pihaknya siap untuk menyerahkan pelabuhan Hodeidah ke PBB jika aliansi militer Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menghentikan serangan militernya ke kota itu. Riyadh dan Abu Dhabi selama ini melihat pelabuhan Hodeidah sebagai tempat masuknya senjata-senjata bagi militan Houthi yang bercokol di Yaman.