TEMPO.CO, Jakarta - Gadis Yaman berusia 7 tahun akhirnya meninggal setelah berjuang melawan kelaparan akibat konflik berkepanjangan di Yaman.
Waktu New York Times menyambangi Amal Hussain, bocah kurus berusia tujuh tahun, hanya terkapar kaku di tempat tidur rumah sakit di Yaman utara, menatap dengan kosong. Amal Hussein menjadi potret kengerian perang Yaman yang telah membawa negara ini menuju kehancuran dan krisis kemanusiaan terburuk sepanjang sejarah manusia moderen.
Baca: Dilanda Kelaparan, Warga Yaman Terpaksa Makan Daun
Potret Amal Hussain yang meringkuk diterbitkan oleh The New York Times minggu lalu dan menarik tanggapan dari para pembaca yang iba. Mereka menawarkan uang untuk keluarganya. Mereka ingin tahu apakah dia akan baik-baik saja.
Gambar yang diambil pada 2018 yang tidak bertanggal ini, dirilis oleh Dr. Mekkiya Mahdi, Kepala Pusat Kesehatan Aslam, menunjukkan seorang anak yang sangat kekurangan gizi di Pusat Kesehatan Aslam di Hajjah, Yaman. (Dr. Mekkiya Mahdi via AP)
Pada Kamis 1 November, keluarga Amal Hussain mengatakan dia telah meninggal di sebuah kamp pengungsi, sekitar enam kilometer dari rumah sakit.
"Hati saya hancur," kata ibunya, Mariam Ali, yang menangis saat wawancara telepon, seperti dilaporkan New York Times, 2 November 2018.
"Amal selalu tersenyum. Sekarang saya mengkhawatirkan anak-anak saya yang lain," lanjut Mariam.
Harga kemanusiaan yang dibayar dari perang pimpinan Koalisi Arab di Yaman, telah memicu protes masyarakat dunia setelah pembunuhan Jamal Khashoggi, dan meminta para pemimpin Barat untuk berpikir ulang tentang dukungan mereka untuk perang Yaman.
Amal Hussain Adalah Satu dari Sekian Juta Kasus Kelaparan Yaman