Serangan udara Arab Saudi telah memaksa keluarga Amal mengungsi dari rumah mereka di pegunungan Yaman tiga tahun lalu. Keluarga Amal berasal dari Saada, sebuah provinsi Yaman yang berbatasan dengan Arab Saudi. Wilayah ini adalah yang paling parah terkena serangan udara, setidaknya sekitar 18.000 serangan udara yang dipimpin Arab Saudi di Yaman sejak 2015.
Saada juga merupakan tanah air dari pemberontak Houthi yang mengontrol Yaman utara, dan dilihat oleh putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman sebagai gerakan dukungan Iran yang mesti ditumpas. Namun geopolitik perang tampak jauh dari bangsal-bangsal di rumah sakit Aslam.
Dalam foto 25 Agustus 2018 ini, seorang pria memberi makan anak-anak dengan Halas, tanaman merambat berdaun hijau, di Aslam, Haji, Yaman. Orang Yaman di kantong terpencil di utara terpaksa makan daun rebus dari pohon anggur lokal untuk mencegah kelaparan, tanpa mendapat akses bantuan internasional. (Foto AP / Hammadi Issa)
Amal keluar dari rumah sakit di Aslam minggu lalu, namun masih sakit. Tetapi dokter perlu memberi ruang bagi pasien baru, kata Dr. Mahdi.
"Ini adalah anak pengungsi yang menderita penyakit dan terlantar," katanya. "Kami memiliki banyak kasus seperti dia."
Baca: Bencana Kelaparan Makin Parah, Yaman Diprediksi Hancur Total
Keluarga itu membawa Amal kembali ke rumah, ke sebuah gubuk yang terbuat dari jerami dan terpal plastik, di sebuah kamp di mana lembaga-lembaga bantuan menyediakan bantuan, termasuk gula dan beras. Tapi itu tidak cukup untuk menyelamatkan Amal.
Kondisinya memburuk, sering muntah dan diare, kata ibunya. Pada 26 Oktober, tiga hari setelah dia keluar dari rumah sakit, dia meninggal.
Bocah penderita gizi buruk, Jamal Mujalli al-Mashriqi (4 tahun), berdiri di samping ibunya di sebuah rumah sakit di kota barat laut Saada, Yaman, 4 April 2017. Perang saudara membuat warga kekurangan bahan pangan dan mengalami kelaparan. REUTERS/Naif Rahma
Dr. Mahdi sempat mendesak ibu Amal untuk membawa Amal ke rumah sakit Doctors Without Borders di Abs, sekitar 24 kilometer jauhnya.
Tapi keluarga itu tidak punya harta apapun. Harga BBM melonjak sekitar 50 persen pada tahun lalu, bagian dari keruntuhan ekonomi yang lebih luas, dan menyebabkan ongkos perjalanan tidak mampu bagi keluarga Amal.
"Saya tidak punya uang untuk membawanya ke rumah sakit," kata Mariam Ali."Jadi saya membawanya pulang."
Baca: Kenapa Yaman Dilanda Perang?
Pembaca menyatakan harapan bahwa gambar pilu Amal Hussain dapat membantu membangkitkan perhatian pada perang yang telah menewaskan puluhan ribu warga sipil, menyebabkan kelaparan atau penyakit, dan tahun lalu, Yaman menderita wabah kolera terbesar di zaman modern, dengan lebih dari satu juta kasus dilaporkan.