TEMPO.CO, Beijing – Anak-anak di Cina mulai memiliki teman tidak hanya berupa manusia tapi juga gadget pintar yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan alias artificial intelligence sebagai teman bermain.
Baca:
Ini seperti yang dialami seorang bocah lelaki bernama Seven Kong, yang berusia tiga tahun. Dia memiliki teman AI berbentuk kacang berwarna lemon yang dilengkapi dengan sistem operasi Android dan bernama BeanQ.
Keduanya menghabiskan waktu bersama hingga berjam-jam. Seven menanyakan berbagai hal kepada teman kecerdasan buatannya itu.
“Apa kabar BeanQ? Sudah makan belum? Saya ingin nonton kartun!”
Baca:
Gadget Android ini menjawab dengan kata-kata sederhana sambil menampilkan sejumlah emoji pada layar lebar yang menjadi wajahnya.
Gadget ini mulai populer di kalangan orang tua Cina dan direkomendasikan kepada sesama untuk membantu meringankan beban asuh mereka.
“Ketika kami menjadi sangat sibuk, BeanQ bisa membantu menghibur anak-anak,” kata ibu Seven yaitu Liu Qian, 33 tahun, yang berkerja di rumah di ibu kota Beijing seperti dilansir CNN pada Jumat, 28 September 2018.
Meskipun terkadang mengalami masalah pengenalan suara, BeanQ relatif lancar dalam berinteraksi dengan putranya itu. Produk kecerdasan buatan ini mulai ramai bermunculan di Cina berkat berdirinya sejumlah perusahaan berbasis AI, yang menyasar orang tua moderen di sana.
Baca:
Pencarian di situs belanja online Tmall, misalnya, pengguna bisa mendapatkan rekomendasi berlimpah untuk produk “robot edukasi” hingga 65 laman.
Kecanggihan gadget dengan kecerdasan buatan ini tidak hanya sebatas verbal. BenQ, misalnya, memiliki fitur ‘pengasuhan bayi’ sehingga bisa bergerak seperti layaknya pengasuh, dan mengambil foto si anak lalu mengirimkannya ke orang tua lewat situs online.
Yuan Wen, 32 tahun, mengatakan sebagai ibu dia menggunakan fitur ini untuk merekam berbagai fase pertumbuhan putranya dan juga untuk berkomunikasi dari jarak jauh. “Saya bisa bicara dengan putra saya dengan video chat saat saya bekerja larut malam,” kata dia.
Baca:
Selain untuk penggunaan yang ringan seperti ini, pemerintah Cina menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk memonitor pergerakan masyarakat. Sekarang, seperti dilansir Forbes, pembeli karci kereta api harus menggunakan kartu tanda penduduk. Ini memungkinkan aparat pemerintah untuk memblokir aktivis Hak Asasi Manusia dan Anti-Korupsi agar tidak bisa berpergian.
Pemerintah Cina juga menggunakan teknologi kecerdasan buatan memonitor pergerakan warga Xinjiang dengan memasang alat di masjid hingga pusat perbelanjaan. Data itu terhubung ker berbagai data lainnya seperti rekening bank dan program rencana keluarga.