TEMPO.CO, Port-AU-Prince – Perdana Menteri Haiti, Jack Guy Lafontant , mengundurkan diri pada Sabtu, 14 Juli 2018 waktu setempat, setelah menghadapi mosi tidak percaya dari parlemen. Ini terjadi setelah sejumlah warga melakukan aksi protes besar-besaran pasca keputusannya untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak.
Lafontant berkukuh membela keputusan pemerintahannya soal subsidi bbm itu dalam pidato di DPR Haiti, yang disiarkan secara langsung.
Baca:
“Seperti saya katakan kepada Anda, saya melayani Republik,” kata Lafontant seperti dilansir Reuters, 15 Juli 2018.
Keputusan yang diambil Lafontant soal pengurangan subsidi bbm ini sebenarnya merupakan hasil kesepakatan yang diteken dengan lembaga moneter internasional, IMF, pada awal Juli 2018.
Keputusan ini memicu kenaikan harga bensin hingga 38 persen dan minyak diesel sebanyak 47 persen. “Ini memicu protes yang menjadi demonstrasi besar-besaran dengan membarikade jalan, penjarahan toko dan pembakaran sejumlah mobil di ibu kota Port-Au-Prince.
Baca:
Presiden Haiti menerima pengunduran diri PM ini. Lafontant terpilih sebagai Perdana Menteri pada Maret 2017 dengan rencana ambisius mendorong produksi agrikultur, meningkatkan infrastruktur dan memperluas akses publik terhadap air bersih. Dia memiliki latar belakang dibidang dokter medis dan baru saja menjadi politisi.
Kerusuhan yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir ini membuat sejumlah kantor perwakilan negara asing tutup dan sejumlah maskapai menunda penerbangan ke Haiti. Media France24 melansir ada empat orang tewas dalam kerusuhan ini.
Lafontant sebenarnya berusaha membalik kebijakan ini namun tidak berhasil menghentikan kerusuhan dan protes yang terjadi. DPR Haiti berencana menggelar pemungutan suara untuk mosi tidak percaya terhadap Lafontant pada Sabtu, 14 Juli 2018 waktu setempat.
Menyaksikan berbagai protes dan kerusuhan ini, IMF mengatakan pemerintah Haiti diharapkan membuat rencana reformasi ekonomi dengan memasukkan pengurangan bertahap subsidi bbm.