TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban tewas akibat hujan lebat hingga menimbulkan banjir bandang yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jepang, terus bertambah. Pada Minggu, 8 Juli 2018, korban tewas naik menjadi 64 orang.
Hujan lebat berubah menjadi bencana mematikan ketika sungai-sungai meluap, terjadi tanah longsor hingga memaksa jutaan orang meninggalkan tempat tinggal mereka. Hujan lebat telah mengguyur hebat beberapa wilayah barat Jepang, termasuk wilayah kepulauan Shikoku.
Hujan turun tiga kali lipat lebih lebat dari yang diperkirakan turun di bulan Juli. Tingginya intensitas hujan telah menyebabkan tanah longsor dan air sungai meluap membanjiri rumah penduduk. Beberapa penduduk ada yang terjebak di rumah mereka, bahkan atap-atap rumah.
“Kami belum pernah mengalami hujan seperti ini. Situasi ini sangat berbahaya,” kata sumber di Badan Meteorologi Jepang atau JMA.
Baca: Hujan Deras di Jepang, Sedikitnya 27 Orang Tewas
Baca Juga:
Pemandangan banjir yang merendam sejumlah bangunan akibat hujan lebat di Kurashiki, Okayama, Jepang, 7 Juli 2018. (Shingo Nishizume/Kyodo News via AP)
Dikutip dari Reuters, setidaknya 64 orang tewas dan 44 orang hilang. Data itu diperoleh setelah dalam semalam ada sekitar 49 orang tewas. Sedangkan diantara korban hilang adalah anak laki-laki 9 tahun, yang diduga terjebak dalam rumahnya yang dihantam tanah longsor dan menewaskan tiga orang lainnya, salah satunya manula berusia sekitar 80 tahun.
“Yang tersisa hanya tinggal baju di badan. Kami sudah berlindung ke lantai dua rumah tetapi air terus naik hingga kami naik ke lantai tiga,” kata seorang perempuan yang diselematkan tim penyelamat.
Baca: Banjir Jepang Tewaskan 11 Orang dan Puluhan Lainnya Hilang
Terkait musibah ini, pemerintah Jepang telah mendirikan sebuah pusat gawat darurat di kantor Perdana Menteri dan mengerahkan sekitar 54 ribu pasukan penyelamat yang diambil dari personil militer, kepolisian dan pemadam kebakaran di wilayah selatan dan barat Jepang. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan pihaknya berkejaran dengan waktu dalam menyelamatkan orang-orang yang membutuhkan bantuan dan mencari mereka yang masuk daftar hilang.
Hingga berita ini diturunkan, sekitar 2.3 juta orang telah dievakuasi kendati hujan telah reda dan banjir di sejumlah area berkurang. Bahaya tanah longsor telah menjadi peringatan bagi lebih dari satu per tiga wilayah Jepang.