TEMPO.CO, Jakarta - Stok ketersediaan bir di berbagai diskotik di Inggris mengalami krisis. Ei, jaringan bar terbesar di Inggris, yang memiliki 4.500 cabang, mengatakan pihaknya terkena dampak kekurangan stok minuman alkohol karena krisis gas CO2 atau karbon dioksida yang melanda Inggris.
Krisis gas karbon dioksida ini juga terasa oleh industri minuman lain seperti Wetherspoons, Punch, Admiral Taverns dan Enterprise Inns.
“Whetherspoon memiliki keunggulan karena memiliki varian minuman yang banyak dari pemasok, sehingga tidak merasakan dampak yang terlalu besar,” kata Juru bicara Wetherspoon, Eddie Gershon, seperti dilansir dari The Sun pada Kamis, 28 Juni 2018.
Asosiasi Bar dan Bir Inggris mengatakan krisis ini kemungkinan bakal berlangsung hingga beberapa minggu ke depan.
“Kami ingin memastikan bahwa semua cabang akan kembali beroperasi secara normal dengan kapasitas penuh kepada penikmat bir. Kami juga buka setiap hari untuk menyediakan bir kepada pelanggan kami secepat mungkin,” kata seorang Juru bicara bir Heineken.
Analis Pangan dan Agribisnis Bank Rabobank Francois Sonneville memprediksi krisis ini akan semakin menyiksa penikmat bir dan alkohol lainnya beberapa hari lagi. Sedangkan bagi para distributor dan penjual ecer harus bekerja keras untuk menyediakan stok.
Baca: Wagub Sandiaga Uno Bersiap-siap Menjelang RUPS Perusahaan Bir
Krisis karbon dioksida di Inggris dan wilayah disekitarnya disebabkan oleh banyak industri yang tutup untuk alasan perbaikan. Inggris sendiri hanya memiliki satu industri, sedangkan Eropa Utara mengalami bahaya serupa.
Gas CO2 (karbon dioksida) dikenal sebagai gas rumah kaca, dihasilkan oleh ammonia yang digunakan dalam produksi pupuk. Amonia ini umumnya menghasilkan banyak gas karbon dioksida saat musim dingin. Akibatnya, saat musim panas gas karbon dioksida yang dihasilkan sedikit.
Baca: DKI Hitung Untung-Rugi Janji Anies Lepas Saham Perusahaan Bir
Produksi gas karbon dioksida tahun ini sangat minim disebabkan gelombang udara panas yang melanda Inggris. Sedangkan kebutuhan untuk gas karbon dioksida oleh para industri minuman alkohol melonjak pada masa Piala Dunia 2018. Hal ini telah menyebabkan produksi bir mengalami krisis pula.
Tidak hanya bir, minuman bersoda pun dikabarkan akan mengalami krisis suplai ketika sejumlah pusat perbelanjaan mengurangi jenis produk minuman dingin untuk dijual.
Coca-Cola dikabarkan telah mulai mengurangi jenis produknya di pasaran akibat krisis karbon dioksida.
Krisis bir ini dapat menjadi mimpi buruk para penggemar bola Inggris yang memantau Piala Dunia 2018. Minuman beralkohol diyakini seru dinikmati saat menyaksikan pertandingan Piala Dunia.
NEW EUROPE | THE SUN | ABC | AUDREY ANGELICA LOHO