TEMPO.CO, Jakarta - Portugal menawarkan untuk menampung 400 pengungsi dari berbagai negara yang saat ini tinggal di Mesir. Kementerian Luar Negeri Mesir menyambut baik berita itu pada Jumat 22 Juni; dengan jurubicara Ahmed Abu Zaid yang menyatakan bahwa kerja sama itu adalah hasil dari dialog antara Mesir dan Uni Eropa tentang migrasi dan upaya yang dilakukan oleh kedua pihak untuk memukimkan kembali pengungsi yang saat ini berada di negara Afrika utara.
Dilaporkan Middle East Monitor, 26 Juni 2018, sebuah pertemuan di Kairo antara Mesir dan Uni Eropa pada akhir tahun lalu menghasilkan kerangka kerja kerjasama migran, termasuk rekomendasi bahwa negara-negara Eropa tertentu menerima sejumlah pengungsi.
Baca: Pangeran William Memuji Yordania
Portugal bergabung dengan Inggris, Jerman, Swedia, dan Belanda sebagai negara yang telah menerima ratusan imigran sebagai bagian dari kerjasama mereka dalam program tersebut.
Hingga Mei, total ada 227.077 pengungsi dan pencari suaka dari 58 negara berbeda yang saat ini terdaftar di UNHCR Mesir. Namun perkiraan tidak resmi menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya melebihi 300.000 pengungsi.
Pengungsi Suriah di Mesir.[Daily News Egypt]
Mesir telah berulang kali meminta komunitas internasional untuk mengakui perlunya tindakan terpadu terhadap pengungsi. Pekan lalu Abu Zaid menulis di Twitter untuk memperingati Hari Pengungsi Dunia dan menyerukan para pemimpin dunia untuk berbagi tanggung jawab kolektif untuk menampung para pengungsi.
Baca: Mesir Kenakan Pajak untuk Pengungsi Suriah
Mesir secara khusus berjuang dengan beban pengungsi karena masalah ekonominya sendiri. Pemerintah saat ini menerapkan berbagai langkah penghematan sebagai bagian dari program reformasi yang digagas oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Sementara IMF memuji upaya pemerintah Mesir tahun lalu, yang menekankan bahwa negara harus memperdalam reformasi dan mengurangi pendanaan negara untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi.
Mesir saat ini di bawah tekanan sumber daya dan mengalami reformasi ekonomi yang ketat berdasarkan rekomendasi dari Dana Moneter Internasional (IMF), dalam upaya untuk memperbaiki ekonominyal. Hal ini mengakibatkan lonjakan kenaikan harga barang dan bahan bakar selama beberapa tahun terakhir. Mesir juga menghadapi masalah ledakan populasi yang berjuang untuk menangani hampir 100 juta orang penduduk.
"Kami menghargai peran beberapa negara Eropa termasuk Portugal dalam menanggapi upaya yang dilakukan oleh Mesir ketika datang ke pengungsi," kata Zaid, seperti dilansir Egypt Independent.
Baca: Suriah Bergejolak, Yordania Menolak Tampung Pengungsi
Berdasarkan rekomendasi antara Mesir dengan kelompok negara Eropa, lembaga swasta dan layanan perbatasan, dinas kepolisian yang berafiliasi dengan pemerintah Portugis, membayar kunjungan pertama mereka ke Mesir untuk melakukan wawancara dengan pengungsi dan menentukan langkah yang paling cocok untuk diambil.
Pada Mei 2018, Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) di Mesir mengumumkan bahwa jumlah pengungsi di Mesir telah mencapai 227.077, sebagian besar dari Suriah. Mesir serta negara-negara Eropa telah menghadapi gelombang pengungsi setelah perang Suriah pada 2015.
Baca: Belanda: Pengungsi Suriah Hadapi Masalah Mental
Meskipun mengadopsi kebijakan terbuka terhadap pengungsi, Portugal gagal menarik sebagian besar pengungsi. Negara ini menawarkan 18 bulan perumahan gratis, gaji bulanan sebesar US$ 177 atau Rp 2,5 juta untuk setiap migran dan akses ke kelas bahasa untuk membantu mengintegrasikan pendatang baru ke dalam masyarakat.
Pengungsi tidak ingin datang ke Portugal karena kurangnya komunitas etnik yang mapan, Rstina Santinho, seorang peneliti yang mengkhususkan diri pada pengungsi dan hak asasi manusia di Lisbon University Institute. Alasan lain, pengungsi berpaling dari Portugal karena sebagian besar pekerjaan yang ditawarkan pemerintah Portugal untuk mereka adalah di bidang pariwisata, yang membutuhkan keterampilan bahasa yang tidak mereka kuasai.