TEMPO.CO, Jakarta - Philip May, suami Perdana Menteri Inggris Theresa May, menjadi sorotan. Dia disebut-sebut mendapatkan profit dari kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang melakukan pemisahan anak-anak imigran dari orang tuanya di pusat penahanan imigran Amerika Serikat.
Pusat penahanan yang ada di kota-kota besar Amerika Serikat itu, rupanya dikelola oleh General Dynamics, yang sebagian sahamnya milik perusahaan investasi Philip May bernama Capital Group.
Dikutip dari situs rt.com pada Sabtu, 23 Juni 2018, lewat dana investasi yang dikucurkan, General Dynamics dinilai telah membantu para petugas imigrasi Amerika Serikat menangani anak-anak imigran yang terkena kebijakan 'tidak ada toleransi'. Sekitar 2.000 anak-anak dilaporkan dipisahkan dari orang tua mereka dalam enam pekan. Kebijakan Trump itu mengundang kontroversi.
Baca: Suami Perdana Menteri Inggris Punya Saham di Perusahaan Senjata?
Anak-anak ikut dalam aksi demo di depan kantor Imigrasi dan Bea Cukai di Miramar, Florida, 1 Juni 2018. Langkah Donald Trump memisahkan para orang tua imigran dari anak-anaknya di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko menarik kecaman dari PBB, uskup Katolik Roma, dan kelompok kemanusiaan lain. AP
Baca: Theresa May: Inggris Gagal Tembakkan Rudal
Sejumlah perusahaan besar, salah satunya Capital Group, telah mengucurkan dana investasinya ke perusahaan bidang pertahanan seperti General Dynamics, yang juga memproduksi senjata. Terhitung sampai 20 Juni 2018, Capital Group memiliki saham senilai US$ 4 miliar di General Dynamic atau menguasai sekitar 7 persen di perusahaan tersebut.
Dengan kepemilikan saham itu, pusat penahanan imigrasi Amerika Serikat mendapat bantuan pendanaan dari perusahaan Philip May. Di Capital Group, Philip May, menjabat sebagai Manajer Umum. Dia telah bekerja untuk perusahaan itu sejak 2005. Dana kelola Capital Group sekitar US$ 1.4 triliun.
Ini bukan kali pertama suami perdana menteri Inggris menjadi sorotan. Pada April 2018, Philip May disorot karena Capital Group diketahui sebagai pemilik saham terbesar di BAE System, yakni sebuah perusahaan manufaktur senjata api militer. Saham BAE System naik ketika koalisi barat, termasuk Inggris, melakukan serangan udara ke Suriah.
Capital Group juga tercatat sebagai pemegang saham terbesar kedua di Lockheed Martin, sebuah perusahaan bidang militer di Amerika Serikat yang memasok sistem senjata, jet tempur dan kebutuhan logistik. Saham Lockheed Martin melonjak setelah adanya serangkaian serangan rudal ke Suriah.