TEMPO.CO, Jakarta - Anggota parlemen partai DAP Ramkarpal Singh mengatakan ada cukup bukti baru dan petunjuk untuk membuka kembali penyelidikan atas pembunuhan Altantuya Shaariibuu pada 2006.
Ramkarpal Singh, yang mewakili keluarga Altantuya, mengatakan dia optimistis bahwa kasus ini akan dibuka kembali untuk penyelidikan lebih lanjut dan memastikan siapa yang memerintahkan pembunuhan Altantuya.
Baca: Anwar Ibrahim: Kasus Pembunuhan Altantuya Akan Menghantui Najib
“Pertemuan dengan Jaksa Agung Tommy Thomas hari ini (Selasa 19 Juni) berjalan dengan baik. Kami mengangkat beberapa masalah tentang bagaimana kasus itu dapat dibuka kembali untuk penyelidikan, dan apakah Komisi Penyelidikan Kerajaan (RCI) dapat dibentuk," ujar Singh, seperti dilaporkan The New Straits Times, 20 Juni 2018.
Ayah model Altantuya Shaariibuu, Setev Shaariibuu, (kedua dari kanan) berdiri dengan pengacaranya, Ramkarpal Singh, usai bertemu Jaksa Agung Tommy Thomas, Selasa, 19 Juni 2018. The Star
Altantuya Shaariibuu, wanita cantik asal Mongolia yang dibunuh di hutan dekat Kuala Lumpur pada 18 Oktober 2006. Penerjemah berusia 28 tahun itu ditembak di kepala oleh pengawal elit Perdana Menteri Najib Razak saat dia mengatakan mengandung anak hubungan gelap dengan Najib Razak. Dikabarkan Altantuya meminta US$ 500.000 atau Rp 6,9 miliar kepada Razak sebelum dibunuh dan dibawa ke mobil oleh Inspektur Kepala Azilah Hadri dan Kopral Sirul Azhar Umar, kemudian tubuhnya diledakan dengan C4 di hutan.
Sebulan setelah Altantuya terbunuh, pada 9 November 2006 Sirul mengaku melakukan pembunuhan dan mengatakan bahwa ia dan Azilah akan dibayar antara RM 50.000 atau Rp 174 juta dan RM 100.000 atau Rp 348 juta untuk membunuh Altantuya. Tiga tahun setelah pembunuhan, pengadilan Kuala Lumpur menghukum dua pembunuh tanpa pernah mencari tahu siapa yang akan membayar mereka.
Baca: Najib Razak Mengaku Tak Kenal Model Altantuya
Namun Altantuya dibunuh bukan hanya karena hubungan gelapnya dengan Najib Razak. Altantuya ikut Najib Razak saat kunjungan ke Paris untuk bertemu dengan pejabat DCNS, perusahaan senjata Prancis, untuk kesepakatan pembelian dua kapal selam Scorpene dari anak perusahaan DCN, Thales. Dalam pertemuan ini Altantuya berperan sebagai penerjemah, menurut dokumen yang diperoleh Asian Sentinel pada 2012.
Kapal selam Prancis kelas Scorpene yang dibeli Malaysia.[Bernama via Free Malaysia Today]
Dari kesepakatan ini UMNO mendapat US$ 141 juta atau Rp 1,9 triliun untuk pembelian kapal selam. Ironisnya, kapal selam tidak dapat beroperasi di perairan dangkal Semenanjung Malaysia, dan akhirnya ditempatkan di Malaysia Timur.
Diduga Altantuya Shaariibuu tahu banyak soal US$ 141 juta untuk UMNO. Dikabarkan Altantuya telah dijanjikan US$ 500.000 sebagai komisi untuk membantu transaksi kapal selam. Semantara otoritas Prancis telah mengeluarkan surat perintah penahanan untuk Najib Razak atas tuduhan penyuapan dalam pembelian kapal selam. Dua pejabat Thales juga dituduh telah menyuap Najib Razak.