TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus menghadapi konfrontasi militer Cina di Laut Cina Selatan sebagai jawaban militerisasi pulau-pulau oleh Cina di Laut Cina Selatan. Tantangan ini diumumkan meski mendapat kecaman dari Beijing menyusul dua kapal perang Amerika Serikat bermanuver di kawasan Laut Cina Selatan.
Pada Minggu 27 Mei, dua kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat berlayar di dekat pulau Laut Cina Selatan yang diklaim oleh Cina. Operasi yang dikenal sebagai “Freedom of Navigation,” adalah upaya terbaru Washington melawan apa yang dianggap Washington sebagai upaya Beijing untuk membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis, di mana Cina, Jepang dan beberapa angkatan laut Asia Tenggara juga beroperasi.
Baca: Sengketa Laut Cina Selatan, Filipina Siap Perang
Cina menyatakan kemarahannya dengan mengirim kapal dan pesawat untuk mengusir kapal perang Amerika Serikat.
“Anda akan melihat hanya ada satu negara yang tampaknya mengambil langkah aktif untuk menolak mereka atau menyatakan kebencian mereka, tapi itu perairan internasional dan banyak negara ingin melihat kebebasan navigasi,” kata Mattis saat kunjungan ke Hawaii pada Selasa 29 Mei, untuk mengawasi Komando Pasifik AS, seperti diberitakan dari Reuters, 30 Mei 2018.
Parade angkatan laut Cina di Laut Cina Selatan terlihat dari satelit pencitraan, 28 Maret 2018. CNN - Planet Labs
Operasi "Freedon of Navigation" pada Minggu kemarin telah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya, dan operasi serupa telah menjadi rutinitas operasional angkatan laut Amerika Serikat di kawasan pasifik, namun pelaksanaan operasi terjadi di momen yang sensitif dan terjadi beberapa hari setelah Pentagon membatalkan mengundang Cina latihan tempur bersama.
Baca: Kapal Perang AS Patroli di Laut Cina Selatan yang Diklaim Cina
Pejabat Pentagon mengkritik Cina tidak terus terang tentang pembangunan militernya dan menggunakan pulau di Laut Cina Selatan untuk mengumpulkan intelijen.
Foto-foto satelit terbaru menunjukkan bahwa Cina telah memasang instalasi rudal anti-serangan uadara dan rudal jelajah antikapal di Woody Island.
Pembangunan instalasi radar di salah satu pulau di kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan. Asian Maritime Transparency Initiative merilis foto satelit pembangunan radar oleh Tiongkok di kepulauan yang menjadi sengketa beberapa negara. REUTERS/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/DigitalGlobe
Awal Mei angkatan udara Cina juga mendaratkan pesawat pengebom di pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan sebagai bagian dari latihan militer di wilayah tersebut.
Baca: Cina Hadang 2 Kapal Perang Amerika Serikat di Laut Cina Selatan
"Ketika mereka (Cina) melakukan hal-hal yang tidak jelas bagi kita semua, maka kita tidak bisa bekerjasama di kawasan yang seharusnya kita bisa lakukan," kata Jim Mattis.
Jim Mattis mengatakan dia telah mendengar kekhawatiran tentang tindakan Cina tidak hanya dari dalam pemerintah Amerika Serikat, tetapi juga dari sekutu regional berdasarkan informasi dari diplomat Amerika Serikat. Klaim Cina atas Laut Cina Selatan, yang dilalui rute kapal perdagangan dengan nilai US$ 5 triliun atau sekitar Rp 69,9 triliun setiap tahunnya, diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.