TEMPO.CO, Jakarta -James Harrison, kakek berusia 81 tahun, setiap minggu mendonorkan darahnya selama 60 tahun dan hasilnya, lebih dari 2,4 juta bayi di Australia berhasil diselamatkan nyawanya. Namun, Jumat ini ia harus pensiun sebagai pendonor darah.
Harrison bukan pendonor darah biasa. Darahnya unik karena dapat menyelamatkan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang memiliki masalah dengan rhesusnya.
Baca: Kakek Ini Mendonorkan 100 Galon Darah
Menurut Pelayanan Darah Palang Merah Australia, darah Harrison unik karena memiliki antibodi yang dapat digunakan untuk menghasilkan ANTI-D yang sangat berguna bagi wanita hamil dengan memiliki rhesus negatif (RhD Negatif) di dalam darahnya. Sehingga bayi yang memiliki rhesus positif yang diturunkan dari garis ayah akan terancam nyawanya.
Sehingga untuk menyelamatkan janin dari ibu yang sensitif rhesus positif (RhD Positif), dibutuhkan antibodi yang mampu melindungi bayi dari serangan antibodi yang dihasilkan dari darah sang ibu dengan RhD negatif, atau janin mengalami kerusakan otak. Yang paling fatal, janin tewas.
Harrison telah menjadi penyelamat bagi jutaan janin karena antibodi di dalam darahnya yang dialirkan ke ibu hamil telah melindungi janin dari kematian atau cacat.
"Setiap kantong darah berharga, namun darah James khususnya luar biasa. Darahnya telah menjadi obat penyelamat nyawa, diberikan kepada ibu yang darahnya beresiko menyerang janin mereka. Setiap Anti-D yang telah dibuat di Australia berasal dari darah James," kata Jemma Falkenmire, dari Pelayanan Darah Palang Merah Australia seperti dikutip dari CNN, 12 Mei 2018.
Baca: Saat Lahir Bocah Ini Tak Memiliki Darah
Baik Harrison maupun dokter tidak mengetahui bagaimana sampai darah Harrison memiliki antibodi yang langka ditemukan di Australia. Sebagai catatan, menurut Falkenmire, Australia merupakan salah satu dari sedikit negara yang pertama kali menemukan darah mengandung antibodi seperti yang dimiliki Harrison. Ini dianggap sebagai revolusi dalam dunia kesehatan.
Harrison sendiri tidak mengetahui sejarah antibodi di dalam tubuhnya dengan pasti. Menurut Pelayanan Darah Palang Merah Australia, Harrison pada usia 14 tahun menjalani bedah jantung. Nyawanya diselamatkan oleh darah yang didonasikan ke tubuhnya saat operasi bedah jantung.
Setelah sembuh, Harrison bernazar akan menjadi pendonor darah.
Beberapa tahun kemudian, sejumlah dokter menemukan darah Harrison mengandung antibodi yang dapat digunakan untuk menghasilkan vaksin Anti-D.
Sejak itu ia menjadi pendonor plasma darah untuk menolong sebanyak mungkin manusia yang membutuhkan. Bahkan ia mendonasikan vaksin Anti-D kepada anak perempuannya.
Baca: Teror Las Vegas, Relawan Berbagai Negara Antri Donorkan Darah
"Hasilnya, cucu kedua saya lahir sehat. Dan hal ini membuat anda merasa diri anda baik karena menyelamatkan orang, dan anda menyelamatkan lebih banyak orang lagi dan itu hebat," kata Harrison.
Harrison menjadi satu di antara tak lebih dari 50 warga Australia yang diketahui darahnya mengandung antibodi.
Atas kemurahan hatinya, Harrison telah meraih sejumlah penghargaan. Satu penghargaan yang paling bergengsi di Australia dihadiahkan kepadanya, Medal of the Order of Australia.
Berita sedihnya, Harrison terpaksa pensiun sebagai pendonor antibodi untuk selamanya. Sesuai peraturan di Australia, batas setiap orang mendonorkan darahnya adalah saat orang tersebut berusia 81 tahun.
Falkenmire berharap menemukan orang-orang yang mau berbagi mendonorkan darahnya yang mengandung antibodi seperti yang dilakukan Harrison. "Kami hanya dapat berharap di sana akan ada orang yang cukup bermurah hati dan melakukan seperti yang dia lakukan, tanpa pamrih," ujarnya.