TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas meminta maaf karena menyatakan penindasan terhadap orang Yahudi Eropa disebabkan oleh perilaku mereka, bukan oleh agama mereka.
Dalam permintaan maafnya yang disampaikan pada Jumat, 4 Mei 2018, Abbas mengutuk anti-Semitisme dan menyebut Holocaust sebagai kejahatan paling keji dalam sejarah.
Baca: Kencingi Monumen Holocaust, Pria Israel Didenda Rp 20 Juta
"Jika orang-orang tersinggung dengan pernyataan saya di depan PNC, terutama orang-orang yang beragama Yahudi, saya minta maaf kepada mereka," kata Abbas, seperti dilansir South China Morning Post pada Sabu, 5 Mei 2018.
Seorang Yahudi ortodoks dan putranya melihat sepatu para korban Holocaust saat peringatan Holocaust ke 70 di sungai Danube, Hungaria (24/3). REUTERS/Laszlo Balogh
Abbas, 82 tahun, dikecam oleh para pemimpin dan diplomat Israel serta umat Yahudi yang menuduhnya anti-Semitisme dan penyangkalan Holocaust dalam pernyataannya pada awal pekan ini.
Baca: PM Israel tuduh Presiden Palestina anti-Yahudi dan penyangkal Holokos
Menanggapi pidato tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Rabu lalu menuduh Abbas melakukan anti-Semitisme dan penyangkalan Holocaust. Rabbis Marvin Hier dan Abraham Cooper dari organisasi hak asasi manusia Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat, Simon Wiesenthal Center mengatakan kata-kata Abbas adalah kata-kata anti-Semit klasik.
Utusan PBB untuk Timur Tengah, Nickolay Mladenov, menyebut komentar Abbas sebagai sangat mengganggu.
Amerika Serikat bereaksi dengan meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengecam komentar Mahmoud Abbas sebagai "tidak dapat diterima, sangat mengganggu" dan tidak dalam kepentingan rakyat Palestina atau perdamaian di Timur Tengah .