TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan Rusia kemungkinan besar bertanggung jawab atas serangan racun yang menyebabkan mantan agen ganda Rusia dan putrinya koma di bangku taman di sebuah mal di Inggris pada pekan lalu.
Saat berbicara di parlemen Inggris, House of Commons, May mengatakan tidak mengumumkan tindakan pembalasan dengan mengatakan dia akan memberi Rusia kesempatan untuk menanggapi temuan pemerintahnya ini.
Dia juga akan kembali ke Parlemen pada Rabu dengan rencana untuk tindakan spesifik. Seperti dilansir Reuters, May menegaskan Rusia terlibat langsung dalam serangan melawan Inggris atau kehilangan kendali atas racun saraf yang dikembangkannya.
Baca: Dituduh Terlibat Pembunuhan Eks Intel, Rusia Bilang Ini
"Berdasarkan identifikasi positif racun kimia oleh para ahli terkemuka dunia di Porton Down, diketahui bahwa jenis tersebut pernah dikembangkan Rusia sebelumnya dan masih dapat melakukannya. Dan, dengan adanya catatan bahwa Rusia kerap melakukan pembunuhan dengan dukungan negara serta penilaian kami bahwa Rusia memandang beberapa pembelot sebagai target yang sah untuk pembunuhan, maka pemerintah menyimpulkan sangat mungkin Rusia bertanggung jawab atas tindakan terhadap Sergei dan Yulia Skripal," kata May, Senin, 12 Maret 2018.
Mantan Intelijen Rusia dan MI6, Kolonel Sergei Skripal, sekarat di rumah sakit di Inggris karena terpapar zat misterius [SKY NEWS]
Baca: Intelijen, Diplomat, Pengusaha Rusia Tewas Misterius di Inggris
Namun dalam sambutannya itu, May menggambarkan serangan sembrono dan brutal itu, tidak hanya membahayakan nyawa dua korban utamanya, Sergei Skripal, 66, dan putrinya, Yulia, 33, yang saat ini kondisi keduanya masih kritis, melainkan juga membahayaan sejumlah orang lainnya, termasuk petugas polisi yang masih dirawat di rumah sakit.
"Inggris tidak akan mentolerir upaya brutal untuk membunuh warga sipil tak berdosa di tanah kami," kata May.
Segera setelah pidato May itu, pemerintah Rusia menanggapi dengan mengatakan hal itu sebagai tontonan yang dirancang untuk menyesatkan.
"Ini adalah pertunjukan sirkus di parlemen Inggris," kata kantor berita Tass mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusi, Maria Zakharova.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, juga mendukung kesimpulan pemerintah Inggris, dengan mengatakan racun itu jelas berasal dari Rusia.
Presiden Vladimir Putin tandatangan pembelian 10 pesawat pengebom strategi TU-160M
Ilmuwan Inggris menyimpulkan zat kimia yang digunakan untuk meracun mantan intelijen Rusia, Sergei Skripal dan putrinya Yulia, dibuat di Rusia.
Sejumlah ujicoba telah dilakukan para ahli dari Laboratorium Kimia Porton , Kementerian Pertahanan Inggris, pada Minggu kemarin. Peneliti menemukan tanpa keraguan racun itu digunakan dalam upaya pembunuhan pada 4 Maret lalu terhadap Skripal dan putrinya.
Beberapa sumber di pemerintah Inggris mengatakan kepolisian dan pejabat bidang keamanan telah mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk mengkaitkan pemerintah Rusia dalam serangan pada Skripal ini. Racun yang digunakan untuk menyerang Skripal adalah Novichok, racun saraf yang dikembangkan Rusia pada tahun 1987 di State Union Scientific Research Institute untuk Kimia Organik dan Teknologi.
Skripal pingsan di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury hampir sepekan lalu setelah terpapar racun yang merusak saraf. Dia dan putrinya segera dilarikan ke rumah sakit.
Skripal dijatuhi hukuman karena telah menyerahkan rahasia-rahasia Rusia ke intelejen Inggris selama rentang waktu 1995 dan 2004. Namun dia mendapatkan pengampunan dan diasingkan ke Inggris dalam sebuah pertukaran mata-mata pada 2010. Putrinya tinggal di Rusia tapi sering menghabiskan waktu lama di Inggris. Keduanya masih dalam kondisi kritis di rumah sakit Salisbury.
Pengumpulan bukti-bukti ilmiah mengenai serangan ini bisa menjadi langkah awal bagi pemerintah Inggris untuk secara resmi menuding Rusia mencoba membunuh Skripal di teritorial Inggris.